Showing posts with label Syi'ar. Show all posts
Showing posts with label Syi'ar. Show all posts

Khutbah Shalat Gerhana Bulan

1:28 PM

Pertama, terjadinya gerhana adalah mutlak kuasa Allah bukan semata-mata fenomena alam belaka. 

Allah yang menciptakan matahari, bumi dan bulan. Allah yang menjadikannya berputar pada sumbunya dan beredar menurut garis edarnya. Firman Allah dalam surah Yasin ayat 37 sampai ayat 40

وَءَايَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ(37)وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ(38)وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ(39)لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ(40)

Suatu tanda juga (atas kekuasaan Allah) bagi mereka adalah malam. Kami pisahkan siang dari (malam) itu. Maka, seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan. (Suatu tanda juga atas kekuasaan Allah bagi mereka adalah) matahari yang berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan

(Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Begitu juga) bulan, Kami tetapkan baginya tempat-tempat peredaran sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir,) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. (Q.S. Yaasiin/36:37-40)

 

Dalam surah al-Mu’minun ayat 23 juga disebut demikian. Wa huwalladzi khalaqallaila wannahara wassyamsa walqamara kullun fi falakiyyasbahuun. Allahlah yang menjadikan malam dan siang, matahari dan bulan. Semuanya itu beredar pada garis edarnya.

 

Tidak patut dan tidak pantas bagi orang yang beriman kepada Allah untuk mengatakan bahwa terjadinya gerhana bulan ataupun gerhana matahari sebagaimana yang diyakini oleh masyarakat kita dulu ketika belum mengenal agama. Sebagian masyarakat Indonesia dulu membunyikan kentongan ketika terjadi gerhana. Dalam keyakinan mereka gerhana bulan terjadi karena raksasa jahat memakan bulan. Maka mereka memukul gentongan bersama-sama untuk mengusir raksasa tersebut. Atau seperti keyakinan masyakarat Arab sampai saat terjadinya gerhana di masa Nabi Muhammad Saw. Masyarakat jahiliyah meyakini bahwa gerhana terjadi berkaitan dengan kelahiran atau kematian seseorang.


Kedua, bagaimana sikap kita ketika terjadi gerhana. Pada masa Rasulullah SAW. Pernah terjadi gerhana matahari. Gerhana tersebut terjadi setelah kematian anak beliau Ibrahim bin Muhammad. Persis seperti keyakinan masyarakat jahiliyah, bahwa gerhana terjadi karena kematian putra Baginda Rasulullah SAW. Namun, Rasulullah SAW membantah keyakinan tersebut dan memerintakan ummat muslim untuk berdoa kepada Allah, mengumandangkan takbir, shalat gerhana dan bersedekah. 


Dalam hadis yang disampaikan oleh Aisyah RA:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ خَسَفَتْ الشَّمْسُ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاسِ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ ثُمَّ قَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ فَأَطَالَ السُّجُودَ ثُمَّ فَعَلَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِثْلَ مَا فَعَلَ فِي الْأُولَى ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ انْجَلَتْ الشَّمْسُ فَخَطَبَ النَّاسَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا


Dari Aisyah bahwasanya dia berkata, “Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW. Kemudian beliau mendirikan shalat bersama orang banyak. Beliau berdiri dalam shalatnya dengan berdiri yang lama, kemudian rukuk dengan memanjangkan rukuknya, kemudian berdiri dengan lama berdirinya, namun tidak selama yang pertama. Kemudian beliau rukuk dan memanjangkan rukuknya, namun tidak selama rukuknya yang pertama.


Kemudian beliau sujud dengan memanjangkan sujudnya, beliau kemudian mengerjakan rakaat kedua seperti pada rakaat yang pertama. Saat beliau selesai melaksanakan shalat, matahari telah nampak kembali. Kemudian beliau menyampaikan khutbah di hadapan orang banyak, beliau memulai khutbahnya dengan memuji Allah dan mengangungkan-Nya.


Lalu bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidaklah gerhana itu disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah.” (HR al-Bukhari, hadirs nomor 986).


Demikianlah yang diajarkan oleh Islam bagaimana sikap kita terkait apa yang disebut oleh sebagian orang dengan istilah fenomena alam. Masyarakat primitif dulu menyembah matahari, bulan atau yang disimbolkan/ dipersonkan dalam bentuk patung atau dewa seperti dewa matahari, dewa bulan dan sebagainya. Dalam keyakinan masyarakat Romawi disediakan hari tertentu untuk menyembah dewa tertentu. Sunday sebagai hari dewa matahari. Monday sebagai hari menyembah dewa bulan. Saturday sebagai hari menyembah dewa saturnus. 


Tidak demikian dengan Islam. Islam menyebut nama hari dengan istilah ahad, itsnain, tsulatsa, rabi', khomis, jum'ah dan sabt. Di Indonesia penamaan hari itu berasal dari nama hari dalam istilah Islam tersebut. Islam tidak membawa embel-embel penyembahan dewa atau berhala dalam nama hari. Islam melarang menyembah matahari dan bulan. Islam memerintahkan kita menyembah Allah Sangat Pencipta matahari, bulan dan semua makhluk. Firman Allah dalam surah al-Fushilat ayat 37

وَمِنْ اٰيٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُۗ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.



Demikianlah ajaran Islam menyikapi kekuasan Allah yang sebenarnya bukan fenomena alam semata. 


Ketiga, mari kita introspeksi diri kita. Istilah populer yang sering disampaikan oleh ustadz atau buya adalah muhasabah, menginstropeksi diri sendiri. 


Sudahkah doa, takbir, sholat dan sedekah kita sejalan dengan ketentuan Allah SWT? Apakah kita berdoa sebagai wujud tawadu' kita kepada Allah atau bentuk keserakahan kita yang menginginkan semuanya melampaui kebutuhan dan kesanggupan kita menerimanya sehingga melupakan ketentuan Allah dalam berdoa. Doa adalah perintah Allah Yang serba Maha. Kita manusia punya keterbatasan. Dalam rangkaian ayat puasa kita tahu bahwa perintah berdoa dibarengi dengan prasyarat memenuhi perintah Allah SWT. 


Begitu juga dengan takbir yang kita kumandangkan. Apakah hanya sebatas kata-kata yang kita bantah dengan sikap dan perbuatan kita. Kita katakan Allah Maha Besar. Tapi perbuatan kita lebih membesarkan pekerjaan, membesarkan harta. Terdengar oleh kita panggilan azan. Tapi kita anggap kecil panggilan itu. Karena pekerjaan kita belum selesai. Saat itu kita mengecilkan panggilan Zat Yang Maha Besar dan membesarkan pekerjaan kita. 


Demikian juga dengan sedekah kita. Mari kita instrospeksi bersama. Masihkah kita tetap bersedekah kendatipun Ramadhan telah berlalu? Bagi yang masih tetap bersedekah, sudahkah sedekah kita bebas dari pamrih dan pujian dari yang menerima? Apakah sedekah kita masih membedakan orang yang taat dan yang kurang taat beragama? Banyak pertanyaan yang bisa kita tanyakan kepada diri kita dan hanya kita yang tahu jawabanya. 


Keempat sebagai bagian dari masyarakat modern yang hidup di era pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, kita dibantu oleh ilmu pengetahuan untuk meyakini kejadian gerhana tanpa mengaitkannya dengan mitos tertentu. Dengan ilmu hisab atau lebih luasnya ilmu astronomi, kita dapat menghitung kapan akan terjadi gerhana berikutnya. Kita dapat menghitung waktu kapan matahari akan terbit, tergelincir, terbenam atau menghitung waktu shalat sampai sekian tahun yang akan datang. Dengan ilmu hisab juga kita dapat menghitung berapa hari umur satu bulan. Itulah kecanggihan ilmu hari ini. Tapi, ilmu tersebut tidak dapat mengetahui kapan terjadinya kiamat. Carilah ilmu sebanyak-banyaknya, sehingga dengan ilmu tersebut semakin kuat keimanan kita kepada Allah. Sehingga setinggi-tingginya ilmu manusia, masih terbatas oleh ilmu Allah. Terakhir, doa kita semoga terjadinya gerhana dapat lebih memperkuat iman kita kepada Allah SWT. Sehingga kita semakin taat, ibadah kita semakin baik. Aamiin

Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 Super Flower Blood Moon

12:47 PM

 Sumber: https://www.kemenag.go.id/read/gerhana-bulan-total-kemenag-salat-gerhana-dan-zikir-tetap-terapkan-prokes-a9w7p

Berdasarkan data astronomi, atau berdasarkan ilmu hisab, tanggal 26 Mei 2021 akan terjadi gerhana bulan total di Indonesia yang diperkirakan akan terjadi sejak jam18:09 sampai 20:51 WIB.

 

Tata Cara Shalat Gerhana

Sebagai  orang beriman, kita disunatkan shalat gerhana bulan. Dikutip dari halaman Kemenag RI tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:

a. Berniat di dalam hati; 

b. Takbiratul ihram, yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa; 
c. Membaca do’a iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih). Hal tersebut sesuai dalam hadits yang diriwayatkan Siti Aisyah: “Nabi Saw. menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika salat gerhana.”(HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901);  

d. Ruku’ sambil memanjangkannya; 

e. Bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan “Sami’allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamd”; 
f. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama;
g. Ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya; 
h. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal); 
i. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali; 
j. Bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya; 
k. Salam. 
Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jamaah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdoa, beristighfar, bersedekah.

Beberapa Istilah Terkait Gerhana Bulan

Gerhana bulan kali ini diistilahkan dengan istilah super blood moon. Istilah ini gabungan dari super moon dan blood moonSuper moon adalah istilah ketika bulan berada sangat dekat dengan bumi. Sebelumnya super moon terjadi pada 31 Januari 2018 lalu. Kebalikannya adalah micro moon, yaitu ketika bulan berada sangat jauh dari bumi sehingga bulan terlihat sangat kecil. Masih pada tahun 2018 lalu micro moon terjadi pada tanggal 28 Juli 2018. Sedangkan istilah blood moon adalah karena pada saat terjadi gerhana bulan total nanti, bulan terlihat  berwarna merah darah. Blood moon sebelumnya terjadi pada 28 Juli 2018 yang bersamaan dengan posisi bulan sangat jauh dari bumi sehingga disebut micro blood moon.

 

Ada juga yang menambahkan istilah super flower blood moon untuk kekuasaan Allah nanti malam. Istilah flower adalah istilah untuk menyebut purnama yang terjadi di bulan mei. Hampir sama dengan istilah super blue blood moon yang terjadi 31 Januari 2018 lalu. Istilah blue adalah istilah karena gerhana bulan total saat itu adalah purnama kedua di bulan Januari 2018.

 

 


Luruskan Niat dan Rencanakan (Peningkatan) Ibadah di Tahun 2021

3:53 PM

Alhamdulillah kita masih diberi Allah nikmat umur yang panjang sehingga bertemu dengan tahun 2021. Karena ada sebagian saudara kita kaum muslimin yang di tahun lalu masih bersama kita, lalu di tahun ini mereka tidak lagi bersama kita karena sudah kembali menghadap Sang Pencipta. Semoga mereka yang telah mendahului kita diterima amal ibadahnya dan diampuni dosa dan kesalahannya serta kelak Allah kumpulkan kita bersama di surga. Aamiin.

Tidak salah menjadikan momentum pergantian tahun masehi atau tahun hijriah sebagai awal perubahan dan perbaikan dalam hidup kita. Memang kita tidak harus menunggu momentum pergantian tahun untuk melakukan perubahan dan perbaikan. Semestinya melakukan amal kebajikan tidak menunggu momentum apapun. Karena kematian tidak menunggu kita siap atau tidak siap. Akan tetapi, bagi mayoritas kita yang tidak juga melakukan perubahan dan peningkatan dalam dirinya, maka mengambil momentum awal tahun 2021 tidak ada salahnya. Harapannya semoga dengan adanya momentum ini, terjadi peningkatan iman dan amal saleh serta perubahan kehiduapan kita ke arah yang lebih baik lagi.

Sudah sepekan tahun 2021 kita lalui. Sudahkah kita membuat perencanaan peningkatan iman dan amal shalih. Jika sudah, maka kita bersyukur Alhamdulillah. Maka pertanyaannya selanjutnya, selama satu pekan ini sudahkah rencana peningkatan dan perbaikan itu kita lakukan. Jika belum, maka khatib mengingatkan kita kembali tentang hal itu.

Bagi kita yang belum membuat rencana apapun untuk peningkatan iman dan ibadah kita di tahun ini, maka belum terlambat bagi kita untuk itu. Berhubung tahun 2021 baru berjalan satu pekan.

Melalui kesempatan ini izinkan khatib menyampaikan beberapa hal terkait perencanaan ibadah kita di tahun 2021 ini.

Pertama kita mulai dengan niat ikhlas karena Allah untuk beramal saleh di tahun 2021 ini. niat bukan sekedar tekad dan keinginan yang kuat dalam diri. Lebih dari itu, keberadaan niat sangatlah penting dalam setiap amal. Tanpa niat yang ikhlas karena Allah, maka ibadah yang kita lakukan tidak bernilai di sisi Allah. ada dua alasanpenting mengapa niat itu perlu dipertegas. Pertama, Baginda Rasulullah mengatakan bahwa seseorang akan mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang ia niatkan. Hadis yang sangat populer ini disampaikan oleh Baginda dalam konteks hijrah. Ada orang yang berhijrah karena tujuan duniawi. Maka hasil yang didapatkan dari hijrahnya hanya dunia saja.

Kedua, niat berfungsi mengontrol ibadah. Kita yang datang ke masjid jika tidak memasang niat untuk semata beribadah salat jumat, maka bisa saja tergoda dengan aktifitas lain di luar aktifitas ibadah. Bisa tergoda dengan ajakan untuk lambat datang ke masjid. Bisa juga tergoda untuk berbicara saat khutbah jumat disampaikan. Ketika ada kawan di sebelah kita mengajak untuk berbincang saat khatib berkhutbah, maka dengan adanya niat dalam diri in sya Allah kita mengabaikan godaan berbincang karena kita sendang melaksanakan ibadah jumat.


Apapun godaannya dapat ditepis dengan niat yang ikhlas dalam beribadah. Termasuk niat melakukan perubahan atau peningkatan ibadah di tahun 2021 ini. Bagi yang belum memasang niat, mari kita pasang niat. Bagi yang berniat bukan karena Allah, maka mari kita perbarui niat kita.

Hal kedua, selain melakukan ibadah mahdoh yang rutin seperti salat, berinfak, membaca al-Qur’an, ada ibadah tahunan yang hanya dilakukan sekali setahun. Maka mari kita rencanakan untuk bisa ambil bagian dalam ibadah tersebut di tahun ini. Sebagai contoh, ibadah qurban. Tujuh bulan lagi, tepatnya tanggal 20 Juli ada ibadah agung yang hanya datang sekali setahun yaitu ibadah haji dan qurban. Kedua ibadah ini hanya di-taklif-kan kepada yang mampu. Bedanya, ibadah haji hukumnya fardu dan mengikuti daftar antrian yang ditetapkan oleh negara. Sedangkan ibadah qurban berbeda pendapat ulama tentang status hukumnya. Mayoritas ulama mengatakan hukummya sunnah muakkadah. Sebagian ulama mengatakan hukumnya wajib bagi yang memiliki kelapangan harta.

Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang hukum melaksanakannya, yang pasti melaksanakan ibadah qurban dinilai ibadah di sisi Allah. Kesempatan itu hanya datang satu kali dalam satu tahun. Bagi kaum muslimin yang belum sempat berqurban tahun lalu, bisa menyusun rencana untuk ikut berqurban di tahun ini. ada waktu tujuh bulan lagi untuk mengumpulkan biaya pelaksanaan qurban. Jika misalnya tahun lalu biaya qurban senilai dua setengah juta, maka dengan menyisihkan pendapatan sebanyak empat ratus ribu rupiah perbulan selama tujuh bulan ini, kaum muslimin sudah bisa ikut berqurban. Bukankah untuk urusan dunia kita membuat rencana. Mengapa untuk urusan ibadah kita tidak menyusun rencana. Wajar jika ada petuah yang mengatakan “jika gagal merencanakan sesuatu, berarti merencanakan suatu kegagalan”

 ____

Disarikan dari penyampaian khutbah jum'at di Masjid Nurul Huda Sungai Nyalo Kec. Batang Kapas Kab. Pesisir Selatan, Jum'at 24 Jumadil Awal 1442 H/ 08 Januari 2021 M

Laa Tansanaa Min Du'aaikum

12:14 PM
"La Tansana min du'aikum. Asyrikna fi du'aikum."

Itulah kalimat singkat yang terucap di ujung tausiyah yang disampaikan oleh guru kami saat silaturahim melalui video converence (vidcon) pada pertengahan syawal tahun ini. Pesan ini menjadi penting bagi kami tidak hanya dalam rangka saling mendoakan sebagaimana pesan hadis yang beliau kutip tersebut. Tapi pesan tersebut adalah pelajaran yang masih kami terima dari Sang Guru setelah dua dasawarsa tidak bertemu.

Kendati sudah tidak lagi bertemu selama dua puluh tahun, tidak ada yang berbeda dari beliau. Beliau masih ingat dengan kami semua. Beliau masih guru kami. Kami masih murid-murid beliau. Kami masih anak-anak beliau yang tetap butuh bimbingan dan nasehat dari guru.

Selama tiga tahun bergaul bersama beliau, banyak ilmu yang dapat kami peroleh. Banyak hikmah yang dapat kami ambil. Banyak petuah yang selalu kami pegang teguh. Tanpa bermaksud menyederhanakan pesan dan pengajaran beliau selama tiga tahun tersebut, berikut kami sampaikan di antara kesan terhadap beliau.

Pertama sebagai guru di sekolah, beliau menjadi guru kami di pagi hari. Berlanjut juga menjadi guru tutor kelompok di siang sampai sore hari. Bahkan beliau mewakafkan sebagian waktu istirahat dan waktu bersama keluarganya di malam hari untuk memberi tambahan pelajaran bagi kami. Berikut ini beberapa mata pelajaran yang pernah kami pelajari bersama beliau.

Dalam pelajaran ilmu hadis, beliau mengajarkan pembagian hadis dengan silsilah atau peta konsep. Sehingga jelas perbedaan masing-masing istilah pembagian hadis tersebut. Praktek mengajar ilmu hadis seperti ini sampai saat ini juga kami diterapkan. Buku Taisir karya Mahmud Thahhan yang menjadi buku rujukan saat itu juga saya anjurkan untuk dijadikan rujukan bagi mahasiswa saat mengampu mata kuliah ini.

Saat pandemi ini banyak orang menyebut hadis firro min al-majzumi firoroka min al-asadi. Kami sudah beliau ajarkan hadis tersebut di samping hadis la adwa wa tiyarata ketika membahas hadis mukhtalif. Khusus dua hadis ini telah mengantarkan teman saya menjadi sarjana karena beliau membahas dua hadis ini bersama 76 hadis lainnya terkait penyakit menular. Semua hadis tersebut bisa diselesaikan dengan cara kompromi (al-jam'u wa al-taufiq). Kini kawan ini sudah menyelesaikan program doktor dalam ilmu Al-Quran dan Tafsir.

Dalam pelajaran akidah akhlak, pelajaran akidah tentang aliran murjiah, syiah, jabariyah dan qadariyah serta teologi mu'tazilah asy'ariyah dan ahlu sunnah wal jama'ah sangat berkesan bagi saya saat itu. Pelajaran itulah yang kelak menjadikan alumni sekolah ini menjadi muslim yang moderat.

Dari beliau kami belajar syair Syauki yang sering beliau ulang innama al-umamu akhlaku ma baqiyat -- wa in humu dzahabat akhlaquhum dzahabu. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, syair tersebut sangat relevan. Kami yang masih remaja, sudah beliau ajarkan ilmu bermanfaat tersebut untuk menjadi pegangan kelak. Seolah-olah beliau berpesan ketika ada di antara muridnya ini yang menjadi abdi negara, pejabat publik atau pimpinan sebuah lembaga, maka tetaplah junjung tinggi akhlak tersebut. Karena "tegak kokohnya suatu bangsa tergantung pada akhlaknya. Jika mereka tidak lagi menjunjung tinggi norma-norma akhlak, maka bangsa itu akan musnah bersamaan dengan keruntuhan akhlaknya."

Dalam pelajaran fikih, kitab yang menjadi rujukan kami adalah Fiqh Sunnah. Bab salat berjamaah adalah bagian yang sangat lama kami kupas bersama beliau. Melalui lisan beliaulah kami belajar hadis-hadis pentingnya salat berjamaah lima waktu sehari semalam di masjid atau mushalla. Sampai saat ini, pengajaran itu tetap diamalkan oleh murid-murid beliau. Ketika sudah masuk waktu salat, segera ke masjid tinggalkan semua urusan.

Dalam pelajaran hadis bersama beliau, kitab Subulussalam karya al-Shan'ani mejadi pegangan kami. Di akhir-akhir kelas tiga, kami belajar bab nikah dengan beliau. Di antara bagian penting yang kami pelajari di sini adalah tentang mencari jodoh yang sekufu. Sebagian kami mempersempit memahami sekufu itu dengan menikah kelak dengan sesama anak MAPK. Karena kita sama-sama telah belajar ilmu agama yang sama dari guru yang sama. Walaupun tidak ada yang saling kenal dekat satu sama lain saat itu karena kami tidak sekelas antara siswa putra dengan siswa putri. Saat ini tercatat pada angkatan kami ada enam pasang yang menikah dengan sesama alumni, baik yang seangkatan ataupun dengan senior dan junior. "Tradisi" ini berlanjut di generasi sesudah kami. Semoga ini menjadi "sunnatan hasanatan". Aamiin

Setiap mata pelajaran, kita tidak hanya harus membawa kitab yang dipelajari. Tapi kita juga harus membawa kamus. Kalapun kita sudah tahu bacaan kalimat berdasarkan siyaqul kalam, tetap diminta melihat kata dasarnya di kamus. Ini sangat membantu kami dalam memperbanyak perbendaharaan kata sekaligus mengetahui kemungkinan ada banyak makna dari sebuah kata. Kelak ini menjadikan kami punya pemahaman yang terbuka terhadap teks Al-Quran ataupun hadis. Berbekal ini juga ada teman kami yang terlatih menjadi jurnalis untuk media berbahasa Arab.

Dalam membaca teks Arab gundul, kami diminta untuk mengambil kesimpulan sendiri dari teks yang dibaca. Berbekal ini kami diajarkan untuk punya keberanian berijtihad dan mandiri mengambil pemahaman sendiri. Sehingga kami sudah terbiasa harus selalu sependapat dan seragam. Setelah itu semua barulah beliau berkomentar termasuk meluruskan jika ada kekeliruan "ijtihad" kami.

Beliau sangat menghargai buku. Saat membawa buku, beliau tidak menjinjingnya. Melainkan membawanya seperti petugas upacara membawa map. Bahkan seperti mendekapnya sejajar dengan dadanya. Entah karena di dalam buku-buku tersebut terdapat ayat Al-Quran dan hadis. Atau mungkin beliau ingin menyampaikan pesan bahwa begitulah seharusnya memperlakukan buku sebagai sumber ilmu.

Kedua, selain belajar di kelas atau saat tutorial sore dan belajar tambahan di malam hari, beliau juga adalah ustadz pembina asrama kami. Satu tahun membersamai kami di asrama kelas tiga, banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kami ambil dari beliau. Sekali lagi, ini tidak menyederhanakan hikmah dan pelajaran yang sangat banyak kami ambil dari beliau. Ini dalam rangka mengingatkan kita semua betapa pentingnya teladan dari seorang guru.

Beliau adalah ustadz yang tidak pernah marah menghadapi anak-anak remaja di masa puber. Wibawa dan kharismanya membuat siswa sangat hormat kepada beliau. Jika sudah terdengar beliau membangunkan kawan di ujung kamar, maka hampir semua penghuni asrama langsung bangun.

Karena tinggal dalam satu komplek dengan beliau. Maka keberadaan keluarga beliau juga menjadi contoh bagi kami. Ternyata keteladanan tidak hanya kami dapatkan dalam kapasitas beliau sebagai guru yang digugu dan dituru. Beliau juga teladan dalam berumah tangga. Bayak kawan-kawan yang menerapkan cara ustadz mendidik keluarganya. Bahkan, saking mengidolakan keluarga beliau, ada di antara kawan yang bemberi nama anaknya persis sama dengan nama anak beliau.

Anak-anak beliau yang belum usia sekolah saat itu sudah dikenalkan adab bertamu ke kamar kami. Anak-anaknya tidak berani naik ke tempat tidur kami. Mereka sudah menggunakan pakaian yang tertutup sejak masih balita. Anak-anak juga sudah dilatih puasa sejak dini.

Belum pernah terdengar beliau berkata kasar kepada keluarganya. Bahkan suaranya berbicara dengan keluarganya saja tidak terdengar oleh kami. Padahal, dinding pemisah antara tempat beliau dengan tempat kami hanya berdinding kayu lapis tipis.

Khusus pakaian ke masjid, beliau sangat menekankan untuk memakai peci dan sarung. Tujuannya agar nanti setelah tamat, kami terbiasa dengan itu. Karena umumnya masyarakat masih belum terbiasa menerima jika ada imam atau khatib yang tidak pakai sarung.

Memang kami dibiasakan bergantian mengimami salat. Tapi bukan tidak pernah beliau jadi imam. Jika beliau jadi imam, ayat yang sering beliau bawakan adalah Ya ayyuha al-ladzina amanu ma lakum idza qila lakum infiru fi sabilillahitstsaqoltum ila al-ardi. Seolah beliau ingin berpesan sesuai lanjutan ayat aradhitum bil hayatid dunya minal akhirah. Fama mata'u al-hayati al-dunya min al-akhirati illa qalila.

Ada dua kaidah "kehidupan" yang sering beliau ulang yaitu apa yang disebut oleh Sayyid Qutb dalam tafsirnya alhayatu fi dzilal al-qur'an nikmah. Al-nikmatu la ya'rifuha illa man dzaqaha. Quote ini banyak membentuk haluan hidup kami. Banyak di antara kami yang mengambil jurusan tafsir-hadis saat kuliah. Bahkan sampai jenjang doktor. Ada yang mendedikasikan hidupnya sebagai hafiz dan pengajar Al-Quran. Tentunya tidak sebatas itu, beliau mengingankan kami tetap hidup dalam naungan Al-Quran. Karena ini adalah sebuah kenikmatan yang tidak bisa digambarkan karena terbatasnya kemampuan kita untuk menggambarkannya. Ia hanya dapat diketahui oleh orang merasakannya. 

Menarik jika melihat keterbukaan yang diajarkan di sekolah ini. Kami tidak hanya belajar dari satu buku dan dari satu aliran atau mazhab tertentu. Kendatipun kami beliau kenalkan dengan Fi Dzilal Al-Quran-nya Sayyid Qutb, tidak serta merta menjadikan kami berhaluan konservativ. Begitu juga ketika kami dikenalkan dengan Duha al-Islam dan Fajr al-Islam-nya Ahmad Amin, tidak lantas kami menjadi liberal. Karena kami sudah diajarkan merdeka dalam berpendapat. Inilah style MAPK, jika kita enggan menyebutnya sebagai "mazhab".

Kaidah kehidupan yang kedua yang sering beliau ulang yaitu ma la yudraku kulluhu, la yutraku kulluhu. Jika tidak bisa mencapai sesuatu keseluruhannya, maka tidak boleh ditinggalkan sama sekali. Harus ikut ambil bagian dalam setiap kebaikan. Jangan meninggalkan sebuah kebaikan hanya karena tidak bisa melakukannya secara maksimal. Inilah di antara kesan dan sebagian hikmah yang dapat disampaikan tentang beliau. Sedikit kesan yang tertuang di sini tentu tidak membatasi banyaknya ilmu yang telah beliau ajarkan. Biarlah kesan yang sedikit ini tertuang di sini. Dari pada tidak tersampaikan sama sekali. Sesuai dengan kaidah yang beliau sampaikan "sesuatuyang tidak bisa digapai keseluruhannya, maka tidak boleh ditinggalkan sama sekali. 

Akhirnya, kami mohon maaf karena belum bisa membalas kebaikannya. Biarlah balasan terbaik dari Allah yang akan didapatkannya. Sejalan dengan petuah beliau di awal postingan ini, baru sebatas doa yang sanggup kami mohonkan kepada Allah. Semoga beliau senantiasa diberi Allah kesehatan dan kesempatan untuk selalu mengajar dan menyebarluaskan ilmunya kepada murid-muridnya.  Dan semoga ilmu yang telah beliau sampaikan kepada kami dapat kami amalkan dan juga kami sebarluaskan kepada anak-anak dan murid-muri kami. Aamiin
 
  • Contact Us | Site Map | TOS | Privacy Policy | Disclaimer
  • Copyright © Bismi Rabb. Template by OddThemes