Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un. Kamis 21 Desember 2017 jam 14.20 Mahmud Ibrahim telah kembali menuju Sang
Pencipta. Almarhum meninggal dalam usia 88 tahun (23 Juni 1929 - 21 Desember
2017).
Tokoh masyarakat Gayo yang pernah menjadi Sekda Aceh
Tengah ini dikenal kiprah dan ketokohannya dalam berbagai bidang. Sebelum
meninggal, almarhum masih menjabat sebagai Kepala Baitul Mal Aceh Tengah. Beliau
juga adalah seorang tokoh adat Gayo. Bukunya tentang Islam dan Adat Gayo masih
menjadi referensi utama perkuliahan Studi Literatur Budaya Gayo di STAIN Gajah
Putih Takengon.
Dalam bidang agama, ulama ini dikenal sebagai tokoh yang
moderat. Almarhum dikenal bisa merangkul semua kalangan.
Beliau pernah sama
berjuang dengan seniornya Tgk Moh. Ali Djadun di Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Tengah dan di Muhammadiyah Aceh Tengah. Almarhum dulunya sering mengisi pengajian Muhammadiyah di Bale Atu. Almarhum juga memberi materi cara
berdakwah pada pengkaderan Pemuda Muhammadiyah. Dan, yang masih segar dalam
ingatan banyak orang, beliau aktif mengisi kajian sesudah magrib dengan materi
tafsir al-Qur’an di Masjid Ruhama Takengon.
Alm. Tgk Moh. Ali Djadun dan Alm. Tgk. Mahmud Ibrahim |
Kita patut iri dengan beliau. Beliau berpulang di masa tua yang masif produktif dan bermanfaat bagi masyarakat. Kita juga patut iri dengan ibadahnya. Sampai tuanya, almarhum selalu shalat berjamaah di masjid.
Kiprahnya dalam Bidang Pendidikan
Almarhum telah meninggalkan banyak warisan bagi generasi
belakangan. Dalam setiap kesempatan menyampaikan sambutan seperti acara wisuda
dan seminar, beliau selalu menyampaikan pesan kepada generasi penerus agar
melanjutkan perjuangan yang telah ditempuhnya, yaitu perjuangan mencerdesakan
masyarakat melalui pendidikan.
Bidang pendidikan adalah bidang yang paling berkesan bagi
banyak orang terkait sosok ulama ini. Betapa tidak, beliau telah mengajarkan
spirit dan semangat kepada setiap orang agar tidak berhenti menuntut ilmu. Hal
itu dibuktikannya dengan meraih gelar doktor pada usia 86 tahun. Pada usia itu
mungkin mayoritas kakek-kakek hanya menikmati hari tuanya dengan bermain dengan
cucu-cunya. Namun, kakek yang satu ini masih sempat menorehkan sejarah dengan
meraih gelar doktor dalam bidang Fiqh Modern di UIN Ar-Raniry Banda Aceh dengan
disertasi yang berjudul “Konsep Pelestarian Hutan Menurut Hukum Islam dan
Kaitannya dengan Masyarakat Hukum Adat Gayo”.
Hal lain yang juga membuat kita iri dari sosok akademisi ini adalah bahwa sehari sebelum meninggal Almarhum masih terlihat
mengajar di kampus STAIN Gajah Putih Takengon. Memang, selain menjadi Kepala
Baitul Mal, almarhum tercatat sebagai seorang dosen di STAIN Gajah Putih
Takengon. Almarhum mengajar di program sarjana dan pascasarjana STAIN Gajah
Putih. Almarhum juga adalah satu dari beberapa orang dewan penyantun kampus
ini. Kiprah lainnya dalam dunia kampus adalah bahwa beliau pernah menjadi
Rektor Universitas Gajah Putih.
Selain di bidang pendidikan tinggi, almarhum juga berhasil
meninggalkan warisan peradaban dalam bidang pendidikan menengah dengan
mendirikan sebuah pesantren dengan nama Pesantren Maqaman Mahmuda. Pesantren
ini terletak di Kampung Nunang Antara Kecamatan Bebesen.
Tepat 2 tahun sebelumnya, isteri beliau meninggal pada 22
Desember 2015 yang dishalatkan di Masjid Ruhama. Siang ini, 22 Desember 2017 berganti
almarhum yang akan dishalatkan di Masjid Ruhama Takengon. Semoga Allah terima
semua amal kebajikannya, diampuni semua dosa dan kesalahannya. Harapan kita,
semoga muncul banyak Mahmud Ibrahim yang lain di Tanoh Gayo ini yang akan
menjadi penerus kiprahnya terutama dalam bidang agama dan pendidikan. Aamiin.
Post a Comment