Latest Updates

Khutbah Shalat Gerhana Bulan

1:28 PM

Pertama, terjadinya gerhana adalah mutlak kuasa Allah bukan semata-mata fenomena alam belaka. 

Allah yang menciptakan matahari, bumi dan bulan. Allah yang menjadikannya berputar pada sumbunya dan beredar menurut garis edarnya. Firman Allah dalam surah Yasin ayat 37 sampai ayat 40

وَءَايَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ(37)وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ(38)وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ(39)لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ(40)

Suatu tanda juga (atas kekuasaan Allah) bagi mereka adalah malam. Kami pisahkan siang dari (malam) itu. Maka, seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan. (Suatu tanda juga atas kekuasaan Allah bagi mereka adalah) matahari yang berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan

(Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Begitu juga) bulan, Kami tetapkan baginya tempat-tempat peredaran sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir,) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. (Q.S. Yaasiin/36:37-40)

 

Dalam surah al-Mu’minun ayat 23 juga disebut demikian. Wa huwalladzi khalaqallaila wannahara wassyamsa walqamara kullun fi falakiyyasbahuun. Allahlah yang menjadikan malam dan siang, matahari dan bulan. Semuanya itu beredar pada garis edarnya.

 

Tidak patut dan tidak pantas bagi orang yang beriman kepada Allah untuk mengatakan bahwa terjadinya gerhana bulan ataupun gerhana matahari sebagaimana yang diyakini oleh masyarakat kita dulu ketika belum mengenal agama. Sebagian masyarakat Indonesia dulu membunyikan kentongan ketika terjadi gerhana. Dalam keyakinan mereka gerhana bulan terjadi karena raksasa jahat memakan bulan. Maka mereka memukul gentongan bersama-sama untuk mengusir raksasa tersebut. Atau seperti keyakinan masyakarat Arab sampai saat terjadinya gerhana di masa Nabi Muhammad Saw. Masyarakat jahiliyah meyakini bahwa gerhana terjadi berkaitan dengan kelahiran atau kematian seseorang.


Kedua, bagaimana sikap kita ketika terjadi gerhana. Pada masa Rasulullah SAW. Pernah terjadi gerhana matahari. Gerhana tersebut terjadi setelah kematian anak beliau Ibrahim bin Muhammad. Persis seperti keyakinan masyarakat jahiliyah, bahwa gerhana terjadi karena kematian putra Baginda Rasulullah SAW. Namun, Rasulullah SAW membantah keyakinan tersebut dan memerintakan ummat muslim untuk berdoa kepada Allah, mengumandangkan takbir, shalat gerhana dan bersedekah. 


Dalam hadis yang disampaikan oleh Aisyah RA:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ خَسَفَتْ الشَّمْسُ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاسِ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ ثُمَّ قَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ فَأَطَالَ السُّجُودَ ثُمَّ فَعَلَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِثْلَ مَا فَعَلَ فِي الْأُولَى ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ انْجَلَتْ الشَّمْسُ فَخَطَبَ النَّاسَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا


Dari Aisyah bahwasanya dia berkata, “Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW. Kemudian beliau mendirikan shalat bersama orang banyak. Beliau berdiri dalam shalatnya dengan berdiri yang lama, kemudian rukuk dengan memanjangkan rukuknya, kemudian berdiri dengan lama berdirinya, namun tidak selama yang pertama. Kemudian beliau rukuk dan memanjangkan rukuknya, namun tidak selama rukuknya yang pertama.


Kemudian beliau sujud dengan memanjangkan sujudnya, beliau kemudian mengerjakan rakaat kedua seperti pada rakaat yang pertama. Saat beliau selesai melaksanakan shalat, matahari telah nampak kembali. Kemudian beliau menyampaikan khutbah di hadapan orang banyak, beliau memulai khutbahnya dengan memuji Allah dan mengangungkan-Nya.


Lalu bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidaklah gerhana itu disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah.” (HR al-Bukhari, hadirs nomor 986).


Demikianlah yang diajarkan oleh Islam bagaimana sikap kita terkait apa yang disebut oleh sebagian orang dengan istilah fenomena alam. Masyarakat primitif dulu menyembah matahari, bulan atau yang disimbolkan/ dipersonkan dalam bentuk patung atau dewa seperti dewa matahari, dewa bulan dan sebagainya. Dalam keyakinan masyarakat Romawi disediakan hari tertentu untuk menyembah dewa tertentu. Sunday sebagai hari dewa matahari. Monday sebagai hari menyembah dewa bulan. Saturday sebagai hari menyembah dewa saturnus. 


Tidak demikian dengan Islam. Islam menyebut nama hari dengan istilah ahad, itsnain, tsulatsa, rabi', khomis, jum'ah dan sabt. Di Indonesia penamaan hari itu berasal dari nama hari dalam istilah Islam tersebut. Islam tidak membawa embel-embel penyembahan dewa atau berhala dalam nama hari. Islam melarang menyembah matahari dan bulan. Islam memerintahkan kita menyembah Allah Sangat Pencipta matahari, bulan dan semua makhluk. Firman Allah dalam surah al-Fushilat ayat 37

وَمِنْ اٰيٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُۗ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.



Demikianlah ajaran Islam menyikapi kekuasan Allah yang sebenarnya bukan fenomena alam semata. 


Ketiga, mari kita introspeksi diri kita. Istilah populer yang sering disampaikan oleh ustadz atau buya adalah muhasabah, menginstropeksi diri sendiri. 


Sudahkah doa, takbir, sholat dan sedekah kita sejalan dengan ketentuan Allah SWT? Apakah kita berdoa sebagai wujud tawadu' kita kepada Allah atau bentuk keserakahan kita yang menginginkan semuanya melampaui kebutuhan dan kesanggupan kita menerimanya sehingga melupakan ketentuan Allah dalam berdoa. Doa adalah perintah Allah Yang serba Maha. Kita manusia punya keterbatasan. Dalam rangkaian ayat puasa kita tahu bahwa perintah berdoa dibarengi dengan prasyarat memenuhi perintah Allah SWT. 


Begitu juga dengan takbir yang kita kumandangkan. Apakah hanya sebatas kata-kata yang kita bantah dengan sikap dan perbuatan kita. Kita katakan Allah Maha Besar. Tapi perbuatan kita lebih membesarkan pekerjaan, membesarkan harta. Terdengar oleh kita panggilan azan. Tapi kita anggap kecil panggilan itu. Karena pekerjaan kita belum selesai. Saat itu kita mengecilkan panggilan Zat Yang Maha Besar dan membesarkan pekerjaan kita. 


Demikian juga dengan sedekah kita. Mari kita instrospeksi bersama. Masihkah kita tetap bersedekah kendatipun Ramadhan telah berlalu? Bagi yang masih tetap bersedekah, sudahkah sedekah kita bebas dari pamrih dan pujian dari yang menerima? Apakah sedekah kita masih membedakan orang yang taat dan yang kurang taat beragama? Banyak pertanyaan yang bisa kita tanyakan kepada diri kita dan hanya kita yang tahu jawabanya. 


Keempat sebagai bagian dari masyarakat modern yang hidup di era pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, kita dibantu oleh ilmu pengetahuan untuk meyakini kejadian gerhana tanpa mengaitkannya dengan mitos tertentu. Dengan ilmu hisab atau lebih luasnya ilmu astronomi, kita dapat menghitung kapan akan terjadi gerhana berikutnya. Kita dapat menghitung waktu kapan matahari akan terbit, tergelincir, terbenam atau menghitung waktu shalat sampai sekian tahun yang akan datang. Dengan ilmu hisab juga kita dapat menghitung berapa hari umur satu bulan. Itulah kecanggihan ilmu hari ini. Tapi, ilmu tersebut tidak dapat mengetahui kapan terjadinya kiamat. Carilah ilmu sebanyak-banyaknya, sehingga dengan ilmu tersebut semakin kuat keimanan kita kepada Allah. Sehingga setinggi-tingginya ilmu manusia, masih terbatas oleh ilmu Allah. Terakhir, doa kita semoga terjadinya gerhana dapat lebih memperkuat iman kita kepada Allah SWT. Sehingga kita semakin taat, ibadah kita semakin baik. Aamiin

Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 Super Flower Blood Moon

12:47 PM

 Sumber: https://www.kemenag.go.id/read/gerhana-bulan-total-kemenag-salat-gerhana-dan-zikir-tetap-terapkan-prokes-a9w7p

Berdasarkan data astronomi, atau berdasarkan ilmu hisab, tanggal 26 Mei 2021 akan terjadi gerhana bulan total di Indonesia yang diperkirakan akan terjadi sejak jam18:09 sampai 20:51 WIB.

 

Tata Cara Shalat Gerhana

Sebagai  orang beriman, kita disunatkan shalat gerhana bulan. Dikutip dari halaman Kemenag RI tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:

a. Berniat di dalam hati; 

b. Takbiratul ihram, yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa; 
c. Membaca do’a iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih). Hal tersebut sesuai dalam hadits yang diriwayatkan Siti Aisyah: “Nabi Saw. menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika salat gerhana.”(HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901);  

d. Ruku’ sambil memanjangkannya; 

e. Bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan “Sami’allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamd”; 
f. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama;
g. Ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya; 
h. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal); 
i. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali; 
j. Bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya; 
k. Salam. 
Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jamaah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdoa, beristighfar, bersedekah.

Beberapa Istilah Terkait Gerhana Bulan

Gerhana bulan kali ini diistilahkan dengan istilah super blood moon. Istilah ini gabungan dari super moon dan blood moonSuper moon adalah istilah ketika bulan berada sangat dekat dengan bumi. Sebelumnya super moon terjadi pada 31 Januari 2018 lalu. Kebalikannya adalah micro moon, yaitu ketika bulan berada sangat jauh dari bumi sehingga bulan terlihat sangat kecil. Masih pada tahun 2018 lalu micro moon terjadi pada tanggal 28 Juli 2018. Sedangkan istilah blood moon adalah karena pada saat terjadi gerhana bulan total nanti, bulan terlihat  berwarna merah darah. Blood moon sebelumnya terjadi pada 28 Juli 2018 yang bersamaan dengan posisi bulan sangat jauh dari bumi sehingga disebut micro blood moon.

 

Ada juga yang menambahkan istilah super flower blood moon untuk kekuasaan Allah nanti malam. Istilah flower adalah istilah untuk menyebut purnama yang terjadi di bulan mei. Hampir sama dengan istilah super blue blood moon yang terjadi 31 Januari 2018 lalu. Istilah blue adalah istilah karena gerhana bulan total saat itu adalah purnama kedua di bulan Januari 2018.

 

 


Ceramah Ta'ziah Bagi Ahli Musibah (Bagian Pertama)

7:20 AM

Ada empat pesan kepada ahli musibah. Pertama, tidak ada jalan lain selain bersabar atas musibah ini. Yakinilah musibah ini adalah ketetapan Allah yang terbaik bagi kita. Memang kita sayang kepada almarhum/almarhumah, tapi Allah lebih menyayanginya jauh melebihi sayang kita.

Seberat apapun ujian kematian yang kita hadapi belum apa-apa dibandingkan dengan ujian kematian yang dihadapi oleh teladan kita Nabi Muhammad Saw. Baginda Rasulullah terlahir dalam keadaan Yatim. Beliau tidak bertemu dengan ayahnya. Sang ayah meninggal sewak tu Rasulullah masih dalam kandungan ibundanya. Bagi sebagian kita yang juga yatim, mungkin kita masih beruntung sempat bertemu dengan ayah kita. Kaluapun tidak sempat bertemu, mungkin kita yang hidup di zaman modern ini masih beruntung bisa melihat foto beliau. Demikian juga dengan ibunya. Belum sempat bermanja-manja dengan ibunya, Rasulullah sudah ditinggal mati oleh ibunya saat baginda masih kecil.

Tapi, tentu ada hikmah dan tujuan dari takdir Allah ini. Baginda Rasulullah menerima takdir ini dengan kesabaran yang didasari iman. Orang belakangan menangkap hikmah dari takdir ini bahwa tugas kedua orang tuanya Abdullah dan Aminah sudah selesai sampai lahirnya Nabi Muhammad Saw. Rasulullah ditakdirkan tidak punya adik atau saudara kandung. Tugas Abdullah sebagai bapak kandung ditakdirkan Allah hanya punya anak Muhammad, tidak ada anak Abdullah yang lain. Demikian juga tugas Aminah hanya melahirkan Rasulullah, tidak ada anak beliau yang lain selain baginda. Di antara hikmahnya tertutup kemungkinan orang mengkultuskan saudara beliau atau menjadikan saudaranya sebagai pengganti nabi sesudah beliau. Baginda Rasulullah adalah nabi terakhir. Tidak ada nabi sesudah beliau. Ini juga mungkin hikmah mengapa Rasulullah tidak mempunyai anak laki-laki yang hidup sampai dewasa. Baginda tidak punya anak laki-laki yang melahirkan generasi setelah itu. Hikmah itu baru ditangkap oleh orang di kemudian hari.

Sebuah contoh kita sampaikan. Bagi bapak-bapak atau ibu-ibu yang lahir di era 80-an mungkin ada yang pernah melihat orang tuanya menjahit kain strimin. Kain tersebut direnggangkan dengan ram agar tegang dan terbuka porinya sehingga mudah menjahitnya. Kita yang waktu itu melihat dari bawah, bingung melihat orang tua kita menjahit apa. Kita lihat ada gumpalan benang. Ada benang yang ditarik dari satu titik ke titik yang lain. Ada jahitan yang tidak teratur dan sembraut. Pendek kata, tidak indah terlihat oleh kita yang melihat dari bawah. Setelah jahitan itu selesai dan dikasih lihat kepada kita, baru kita tahu ternyata ada karya yang indah yang telah dihasilkan orang tua kita dari jahitan kain striminnya tadi. Kita yang awalnya hanya melihat dari bawah atau dari sisi belakang, tidak melihatnya sebagai sesuatu yang indah. Ternyata, itu adalah karya indah yang awalnya kita tidak tahu.

Demikianlah takdir yang berlaku bagi kita. Apapun yang Allah takdirkan untuk kita, mesti diyakini sebagai keputusan terbaik bagi kita. Meskipun kita saat ini bersedih dan merasa itu tidak enak bagi kita. Yakin dan percayalah kita bahwa rencana Allah jauh lebih baik dari rencana kita. Demikian juga halnya dengan musibah kematian salah atu keluarga kita. Kita mesti sabar dengan musibah ini dan menerimanya dengan sebagai ketentuan Allah yang terbaik bagi kita.

Pesan kedua kepada ahli musibah, doakan orang tua kita yang telah mendahului kita. >> bersambung (in sya Allah nanti diposting)

_______

Postingan ini disampaikanpertama kali dalam ta'ziah di Kampung Pasa Miskin Nagari Kambang Barat, Jum'at 23 Jumadil Akhir 1442 H/ 06 Februari 2021 M

 
  • Contact Us | Site Map | TOS | Privacy Policy | Disclaimer
  • Copyright © Bismi Rabb. Template by OddThemes