Keteladanan berikutnya yang dicontohkan oleh keluarga Ibrahim adalah lebih mengutamakan kecintaan kepada perintah Allah, meskipun perintah itu secara logika tidak bisa diterima. Ketika diperintahkan untuk menyembelih anaknya, Ibrahim berada pada dua pilihan, mengikuti hati dan perasaan sayang kepada anak atau mengikuti rasa cinta kepada Allah. Ibrahim memilih melaksanakan perintah Allah, dibanding mengikuti hati dan perasaan sayangnya kepada anaknya.
Perintah berqurban menyembelih anak hanya ditujukan kepada Ibrahim, tidak kepada yang lainnya. Syariat berkurban yang diperintahkan kepada kita hari ini jauh berbeda dengan syariat berkurban yang diperintahkan Allah kepada Ibrahim. Ibrahim diperintahkan Allah mengurbankan anaknya. Kita diperintahkan Allah berkurban dengan harta yang kita punya. Qurban adalah wujud dari manifestasi kepatuhan dan ketundukan kita ternak.
Kata qurban adalah istilah yang menjadi bahasa Indonesia yang awalnya disadur dari bahasa Arab, qaraba yaqrabu qurbanan artinya mendekatkan. Istilah lain untuk qurban adalah udhiyah. Menurut imam Syafii bahwa udhiyah adalah ma yuzbahu mina na’am taqarruban illallah min yaumi id ila akhiri ayyami tasyri’. Idul adha, berasal dari kata ini. Ia berarti hari raya qurban.
Mayoritas ulama—mazhab syafi’i, hambali, maliki—mengatakan hukum berqurban adalah sunnah muakkadah. Sunnah dipahami berpahala jika dikerjakan, tidak berdosa jika ditinggalkan. Tapi meninggalkannya adalah sebuah keugian. Betapa tidak, karena ibadah ini hanya ada sekali dalam setahun.
Dalam mazhab hanafi dikatakan hukum berqurban wajib bagi mereka yang mampu. Jika ada dua buah perintah yang bergandengan. Aqimu al-shalah wa atu al-zakah, maka mengeluarkan zakat hukumnya wajib karena hukum perintah salat juga wajib. Jika perintah pertama wajib, maka perintah kedua juga wajib. Perintah qurban dalam surah al-katsar didahului dengan penyebutan nikmat yang banyak. Setelah itu diperintahkan untuk salat dan berqurban. fa shalli lirabbika wanhar. Wajib salat dan wajib juga berkurban.
Dalam hadisnya Baginda Rasulullah Saw bersabda
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
Siapa yang memiliki kelapangan (rezeki) dan dia tidak berkurban, maka jangan dekati tempat salat kami. (HR. Ibnu Majah No. 3123, Al Hakim No. 7565, Ahmad No. 8273, Ad Daruquthni No. 53, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 7334)
Hadits ini di-shahih-kan oleh Imam Al Hakim dalam Al Mustadraknya No. 7565, katanya: “Shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya.” Imam Adz Dzahabi menyepakati hal ini. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Shahihul Jami’ No. 6490, namun hanya menghasankan dalam kitab lainnya seperti At Ta’liq Ar Raghib, 2/103, dan Takhrij Musykilat Al Faqr, No. 102.
Melalui hadis ini Baginda Rasulullah mengatakan bahwa bagi siapa yang tidak mau berqurban padahal dia mampu untuk berqurban dengan indikasi bahwa dia punya kelapangan harta, maka dilarang untuk mendekati tempat salat. Jika dipahami dilarang mendekati tempat salat lima waktu, maka pemahamannya bahwa orang ini tidak boleh datang ke masjid. Sementara salat lima waktu kita diperintahkan untuk ke masjid. Al-Sna'ani memahami wajibnya berqurban berdasarkan hadis ini.
Jika dipahami larangan mendekati tempat salat idul adha, maka ada baiknya kita baca juga hadis berikut yang menganjurkan perempuan yang sedang haid sekali pun tetap dianjurkan datang ke lapangan tempat salat hari raya walaupun mereka tidak salat. Sampai-sampai jika mereka tidak punya pakaian yang akan dipakai untuk menutup aurat ke lapangan, Nabi perintahkan kawannya untuk meminjamkan dia baju. Sebagaimana hadis yang khatib sampaikan di awal khutbah tadi.
Bagi kita yang belum sempat berqurban tahun ini, semoga diberi Allah kelapangan untuk bisa berqurban di tahun yang akan datang. Tapi bagi kita yang mampu berqurban, tapi belum ikut berqurban tahun ini, masih ada waktu untuk mencari hewan qurban. Waktu penyembelihan hewan qurban ada selama empat hari, hari ini dan juga hari tasyrik tanggal 11 sampai tanggal 13 Zulhijjah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Wa lillahilhamd77
Selanjutnya bagi kita yang sudah bisa berqurban dengan menyembelih hewan qurban hari ini, pertanyaannya sudahkah kita wujudkan manifestasi qurban kita dengan ketaatan dan ketaqwaan dalam kadar dan ukuran yang paling tinggi? Sudahkah kita berqurban seperti qurbannya Ibrahim? Qurban yang dilaksanakan ikhlas karena menjalankan perintah Allah. Qurban yang didasari karena ketakwaan kepada Allah.
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
Daging-daging dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. ( Al Hajj : 37 )
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Wa lillahilhamd
Pengajaran lain dari ibadah kurban Ibrahim adalah bahwa kecintaan kepada anak, keluarga atau apa pun itu hendaknya tidak mengalahkan cinta dan kepatuhan kita kepada Allah. Mencinta anak, istri, keluarga, bahkan harta adalah bagian dari fitrah manusia. Namun kecintaan kepada itu semua hendaknya tidak lebih utama dari cinta kepada Allah. Betapa banyak saat ini kita yang dilalaikan oleh urusan mencintai duniawi kita sehingga kita lalai dan lupa dengan mematuhi perintah Allah. Betapa banyak di antara manusia yang meskipun tidak menjadi penyembah patung lagi, tapi masih menjadi penyembah dan pengabdi kepada berhala dalam bentuk cinta kepada dunia. Masih banyak di antara manusia yang lebih mengutamakan perintah atasan, bos, kepala, ketua atau apapun itu nawamanya, dibanding perintah Allah.
Dalam konteks kemerdekaan RI, tidak salahnya juga kita memahami kemerdekaan dengan makna memerdekakan diri kita dari penjajahan nafsu dan keinginan yang buruk. Mari merdekakan diri kita dari penjajahan setan yang terkutuk. Mari bebaskan diri kita dari penghambaan dan kecintaan kepada selain Allah. Mudah-maudahan kita selamat dengan ujian dari memberhalakan cinta dan sayang selain kepada Allah.
Dalam konteks kemerdekaan RI, tidak salahnya juga kita memahami kemerdekaan dengan makna memerdekakan diri kita dari penjajahan nafsu dan keinginan yang buruk. Mari merdekakan diri kita dari penjajahan setan yang terkutuk. Mari bebaskan diri kita dari penghambaan dan kecintaan kepada selain Allah. Mudah-maudahan kita selamat dengan ujian dari memberhalakan cinta dan sayang selain kepada Allah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Wa lillahilhamd
________
Baca Juga
Sesudahnya >>> Keteladanan Keluarga Ibrahim
Sebelumnya >>> Keteladanan Ibrahim Dalam Berdoa
________
Bagian dari materi khutbah yang disampaikan pertama kali pada kutbah Idul Adha yang disampaikan di Masjid Baitul Iman Kampung Kebet Kec. Bebesen kab. Aceh Tengah pada hari Rabu 10 Dzulhijjah 1439 H/ 22 Agustus 2018
Baca Juga
Sesudahnya >>> Keteladanan Keluarga Ibrahim
Sebelumnya >>> Keteladanan Ibrahim Dalam Berdoa
Post a Comment