Ceramah Ta'ziah Bagi Ahli Musibah (Bagian Pertama)

Ada empat pesan kepada ahli musibah. Pertama, tidak ada jalan lain selain bersabar atas musibah ini. Yakinilah musibah ini adalah ketetapan Allah yang terbaik bagi kita. Memang kita sayang kepada almarhum/almarhumah, tapi Allah lebih menyayanginya jauh melebihi sayang kita.

Seberat apapun ujian kematian yang kita hadapi belum apa-apa dibandingkan dengan ujian kematian yang dihadapi oleh teladan kita Nabi Muhammad Saw. Baginda Rasulullah terlahir dalam keadaan Yatim. Beliau tidak bertemu dengan ayahnya. Sang ayah meninggal sewak tu Rasulullah masih dalam kandungan ibundanya. Bagi sebagian kita yang juga yatim, mungkin kita masih beruntung sempat bertemu dengan ayah kita. Kaluapun tidak sempat bertemu, mungkin kita yang hidup di zaman modern ini masih beruntung bisa melihat foto beliau. Demikian juga dengan ibunya. Belum sempat bermanja-manja dengan ibunya, Rasulullah sudah ditinggal mati oleh ibunya saat baginda masih kecil.

Tapi, tentu ada hikmah dan tujuan dari takdir Allah ini. Baginda Rasulullah menerima takdir ini dengan kesabaran yang didasari iman. Orang belakangan menangkap hikmah dari takdir ini bahwa tugas kedua orang tuanya Abdullah dan Aminah sudah selesai sampai lahirnya Nabi Muhammad Saw. Rasulullah ditakdirkan tidak punya adik atau saudara kandung. Tugas Abdullah sebagai bapak kandung ditakdirkan Allah hanya punya anak Muhammad, tidak ada anak Abdullah yang lain. Demikian juga tugas Aminah hanya melahirkan Rasulullah, tidak ada anak beliau yang lain selain baginda. Di antara hikmahnya tertutup kemungkinan orang mengkultuskan saudara beliau atau menjadikan saudaranya sebagai pengganti nabi sesudah beliau. Baginda Rasulullah adalah nabi terakhir. Tidak ada nabi sesudah beliau. Ini juga mungkin hikmah mengapa Rasulullah tidak mempunyai anak laki-laki yang hidup sampai dewasa. Baginda tidak punya anak laki-laki yang melahirkan generasi setelah itu. Hikmah itu baru ditangkap oleh orang di kemudian hari.

Sebuah contoh kita sampaikan. Bagi bapak-bapak atau ibu-ibu yang lahir di era 80-an mungkin ada yang pernah melihat orang tuanya menjahit kain strimin. Kain tersebut direnggangkan dengan ram agar tegang dan terbuka porinya sehingga mudah menjahitnya. Kita yang waktu itu melihat dari bawah, bingung melihat orang tua kita menjahit apa. Kita lihat ada gumpalan benang. Ada benang yang ditarik dari satu titik ke titik yang lain. Ada jahitan yang tidak teratur dan sembraut. Pendek kata, tidak indah terlihat oleh kita yang melihat dari bawah. Setelah jahitan itu selesai dan dikasih lihat kepada kita, baru kita tahu ternyata ada karya yang indah yang telah dihasilkan orang tua kita dari jahitan kain striminnya tadi. Kita yang awalnya hanya melihat dari bawah atau dari sisi belakang, tidak melihatnya sebagai sesuatu yang indah. Ternyata, itu adalah karya indah yang awalnya kita tidak tahu.

Demikianlah takdir yang berlaku bagi kita. Apapun yang Allah takdirkan untuk kita, mesti diyakini sebagai keputusan terbaik bagi kita. Meskipun kita saat ini bersedih dan merasa itu tidak enak bagi kita. Yakin dan percayalah kita bahwa rencana Allah jauh lebih baik dari rencana kita. Demikian juga halnya dengan musibah kematian salah atu keluarga kita. Kita mesti sabar dengan musibah ini dan menerimanya dengan sebagai ketentuan Allah yang terbaik bagi kita.

Pesan kedua kepada ahli musibah, doakan orang tua kita yang telah mendahului kita. >> bersambung (in sya Allah nanti diposting)

_______

Postingan ini disampaikanpertama kali dalam ta'ziah di Kampung Pasa Miskin Nagari Kambang Barat, Jum'at 23 Jumadil Akhir 1442 H/ 06 Februari 2021 M

Share this:

Post a Comment

 
  • Contact Us | Site Map | TOS | Privacy Policy | Disclaimer
  • Copyright © Bismi Rabb. Template by OddThemes