Ditertawakan Menertawakan

Setelah tamat SMA, saya melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan. Saya dan mayoritas teman seangkatan kuliah di Padang. Sedangkan beberapa orang teman kuliah di tempat lain. Ada yang kuliah di Jakarta, Yogyakarta, dan bahkan ada yang ke luar negeri.
Kawan-kawan yang kuliah di luar kota Padang ini lebih cepat beradaptasi dengan dunia baru yang sedang digandrungi oleh kebanyakan orang waktu itu, yaitu dunia internet. Mereka sudah punya akun email, sering chatting-an, searching tugas dan melakukan  aktifitas lainnya di internet. Mereka awalnya juga tidak tahu, sama seperti saya dan kawan seangkatan. Hanya saja, mereka diajari oleh senior tentang internet dan fungsinya sebagai jendela untuk menjelajahi dunia.
Hingga suatu saat, dalam pembicaraan telfon, saya diajak chatting oleh teman-teman di Yogyakarta. Langsung saya tanya, apa itu chatting? Maka spontan teman ini tertawa terpingkal-pingkal. Saya tidak mengerti apa yang membuat teman ini tertawa. Ternyata dia menertawakan saya yang tidak tahu apa itu chatting. Kejadian ini saya ceritakan kepada teman satu kos. Merekapun ikut menertawakan saya, walau mereka sebenarnya juga kurang tahu.
Sejak saat itu, saya beri’tikad dan berjanji dalam diri saya bahwa saya harus terus berusaha “Xlangkah Lebih Maju” paling tidak di hadapan teman-teman satu angkatan di sekolah dulu maupun di hadapan teman-teman kos atau sejurusan.
I’tikad saya untuk “Xlangkah Lebih Maju” mulai membuahkan hasil. Pada saat semua mahasiswa diberi tugas oleh dosen dengan syarat tugas itu harus dikirim melalui email, maka saya yang membantu teman-teman, baik membuatkan email, melampirkan attachment-nya, bahkan ada yang mau terima beres dengan sedikit imbalan jasa. (he he he. Malu jadinya).
Kini saya tidak bisa terlepas dari internet baik dalam bekerja, dalam bergaul atau mengekspresikan diri di jejaring sosial dan terkadang hanya sekedar menyalurkan hobi bermain game online. Dalam hal bekerja misalnya, pekerjaan saya menuntut saya harus berkomunikasi via email. Bahkan, terkadang harus chatting langsung atau melakukan voice/video call dengan rekan kerja. Bahkan, pernah saya mencoba menelfon nomor ponsel kawan dengan salah satu akun saya. Mereka terkejut dan bertanya kok bisa? Sekarang saya yang tertawa terbahak-bahak. Ini hanya ekspresi spontan tanpa bermaksud balas dendam dan merendahkan kawan saya, sebagaimana dulu dia juga bukan bermaksud merendahkan saya.
Saat ini kebutuhan untuk menggunakan internet semakin tinggi. Setiap orang mungkin punya banyak akun dan aplikasi di internet. Sejak dari anak remaja bahkan sampai orang tua. Kalau tidak ada akun dinaggap katro, (istilah yang sering dimunculkan oleh Tukul). Tidak hanya bagi saya, tapi bagi semua orang tentunya. Semua kebutuhan itu terpenuhi oleh fasilitas salah satu provider terbesar di Indonesia XL dengan

Share this:

 
  • Contact Us | Site Map | TOS | Privacy Policy | Disclaimer
  • Copyright © Bismi Rabb. Template by OddThemes