Ada 3 instrumen yang selama ini terbukti
dalam membuat perubahan dalam masyarakat. Pertama sosio-political
intervention, yaitu rumusan kebijakan politik oleh para perumusnya dan para
pemimpin. Contoh instruksi Presiden Joko Widodo terkait snack rapat berupa
hasil alam seperti pisang rebus, jagung rebus. Di Kementerian Agama ada aturan
berbaju putih dari hari Senin sampai hari Kamis. Aturan itu dijalankan oleh
semua jajaran yang ada. Andai hasil rumusan yang dikaji ulama ini diteruskan
oleh para pemangku kebijakan politik dan para pemimpin, tentunya diharapkan
dapat merubah perilaku masyarakat kita yang saat ini sedang dalam masalah.
Instrumen kedua yang juga berpengaruh dalam
merubah perilaku masyarakat adalah sosio-educational intervention. Jenis
kedua ini yaitu perubahan masyarakat melaui pendidikan dengan segala aspeknya.
Sasarannya bukan hanya kognitif, intelektual, tapi juga kecerdesan untuk mampu
menyelesaikan masalah dan kecerdasan membangun jaringan. Semua kecerdasan itu
harus diajarkan saling kuat-menguatkan dan saling mendukung satu sama lainnya.
Perubahan perilaku masyarakat yang ketiga
melalui sosio-cultural intervention. Perubahan dengan jenis ini yaitu
melalui penerapan nilai adat dan budaya secara kontiniu dan sungguh-sungguh.
Sebagai contoh, di Kanada ada kampung yang tidak pernah tersentuh oleh
modernisasi walaupun daerah mereka sangat dekat dengan Amerika Serikat sebagai
pusat modernisasi. Hasilnya, mereka sangat kuat memegang teguh nilai adat dan
budayanya. Di antara efeknya mereka berusia panjang.
Di antara problem yang dibahas dalam
muzakarah ulama yaitu pesatnya arus globalisasi, transportasi dan informasi,
serta mobilitas penduduk. Tanpa kita sadari tiga aspek itu ternyata telah
merubah perilaku dan sikap masyarakat kita. Pesatnya arus globalisasi dan
informasi tidak bisa kita bendung. Mudahnya akses informasi dan transformasi
saat sekarang ini. Di sisi lain mobilitas penduduk karena berbagai alasan,
mungkin alasan ekonomi. Saat ini kita berada dalam era masyarakat ekonomi Asean
yang membolehkan kita dan negara Asean lainnya untuk masuk ke sesama negara
Asean mencari penghidupan. Ini juga tidak bisa kita bendung.
Dalam kaitannya dengan hal di atas tentunya
kita perlu membentengi masyarakat kita dengan ajaran, nilai-nilai, dan aturan
yang bisa dipegang teguh guna membangun masyarakat kita ke depannya. Harapan
kami hal ini dapat kita bahas bersama dalam seminar ini.
Secara kelembagaan, STAIN Gajah Putih akan
melakukan kegiatan Kuliah Pengabdian kepada Masyarakat dan juga pengabdian
melalui Pengabdian Masyarakat oleh Dosen sebagai bagian dari tri dharma
perguruan tinggi yang menjadi kewajiban kita bersama. Maka melalui kerja
pengabdian itu diharapkan persoalan kemasyarakatan dapat diminimalisir.
Kedepan kita dapat melakukan MOU dengan
Pemerintah—yang leading sector-nya adalah dinas Syariat Islam—sehingga
para akademisi dapat berkontribusi dalam rangka membangun masyarakat.
Itulah penyampaian Dr. Zulkarnain, M.Ag, Ketua STAIN Gajah Putih Takengon, Pada saat membuka Seminar Dosen Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Gajah Puith Takengon, Rabu, 23 Desember 2015 di Aula Bior STAIN Gajah Putih Takengon.
Post a Comment