Beberapa Kekeliruan Pelafalan Takbir dan Lafal-lafal Ibadah Lainnya

Gambar terkait
13 Dzulhijjah adalah hari terakhir dikumandangkannya takbir hari raya qurban atau hari raya hajji. Ada hal yang (tidak) menarik yang terjadi di masyarakat selama 4 hari berkumandangnya takbir. Hal itu adalah masih ada orang yang melafalkan takbir dengan lafal yang tidak benar. Kesalahan yang sering terjadi adalah penyebutan "lham" dalam lafal takbir yang salah "wa lillaah ilham".

Ada beberapa kemungkinan penyebab ini. Pertama, orang yang melafalkan takbir tidak mengetahui lafal yang benar. Mungkin orang ini hanya ikut membaca takbir dengan mendengar ucapan takbir yang dibacakan oleh orang lain. Dalam pendengarannya, lafal itu berbunyi "wa lillaah ilham".

Kemungkinan kedua, orang ini mungkin belajar bacaan takbir dari teks Indonesia bukan teks Arab. Sehingga, ketika membaca takbiran dipisahnya bacaan itu pada kata "lillaahilhamd" menjadi "lillaah ilham".

Kemungkinan ketiga, adakalanya yang melafalkan takbir benar membacanya dengan "wa lillaahilhamd". Akan tetapi karena irama atau intonasi pelafalannya seolah berhenti pada kata lillah, maka terdengar seolah ada wakaf di sana. Ini bukan salah sipelafal, hanya salah sipendengar.

Poit yang ingin saya sampaikan adalah, jangan sampai kita salah atau keliru menyebutkan lafal-lafal tertentu yang biasa dan sering kita ucapkan dalam rangkaian ibadah. Karena masih ada orang yang salah melafalkan lafal-lafal atau ungkapan ibadah yang dilafalkan dengan tidak benar. Tidak jarang terjadi yang keliru melafalkan itu adalah orang yang dianggap ustad atau ahli agama di sebuah masjid atau kampung. Ketika salah melafalkan, berpotensi menimbulkan makna yang salah.

Berikut adalah beberapa ungkapan yang sering salah dan keliru dilafakan oleh masyaakat kita.
  1. Membaca و لله الحمد dengan berhenti pada kata lillah lalu dilanjutkan dengan kata ilham sehingga menjadi "wa lillaah ilham". Bacaan yang benar adalah "wa lillaahilhamd" tanpa jeda antara lafal Allah dan alhamd.
  2. Membaca و بالإسلام دينا dengan wa bil islam madina. Bacaan yang benar adalah wa bil islami dina.
  3. Membaca إياك نعبد وإياك نستعين dengan iyyaaka na'buduu wa iyyaaka nasta'in. Bacaan yang benar adalah iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'in, tanpa panjang pada kata budu.
  4. Membaca وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى dengan wa laa saufa yu'tiika rabbuka fa tardhaa. Bacaan yang benar adalah wa lasaufa yu'tiika rabbuka fa tardhaa, tanpa panjang pada kata saufa. Dari segi makna, kedua pelafalan ini mempunyai makna yang berbeda-beda. Jika debaca la itu panjang (laa), maka berarti tidak atau menegasikan. Bacaan yang benar adalah la (tidak panjang) dan berarti pasti, atau sebagai penegas.
  5. Membaca  الله أكبر dengan panjang pada bagian pertama sehingga berbunyi aaallaahu akbar. Ini berarti bermakna pertanyaan, apakah Allah besar? Bacaan yang benar tanpa memanjangkan bunyi "a" pada awal pengucapannya yaitu Allaahu Akbar. Kesalahan ini umumnya dilakukan oleh muadzzin atau imam yang terlena dengan irama tanpa memperhatikan panjang pendeknya lafal takbir.
Mungkin masih banyak salah baca yang lain yang bisa berpengaruh pada perbedaan makna. 


Share this:

Post a Comment

 
  • Contact Us | Site Map | TOS | Privacy Policy | Disclaimer
  • Copyright © Bismi Rabb. Template by OddThemes