Sebagian kawan terkejut ketika mendengar anak beliau tiga belas orang. Sebagian yang lain memaklumi orang dulu memang memiliki anak yang banyak. Ibu saya delapan bersaudara. Ayah saya enam bersaudara.
Ukuran banyak atau sedikitnya anak bagi setiap orang, setiap daerah, setiap suku dan budaya, bahkan setiap era dan zaman tentu berbeda-beda. Bagi orang sekarang misalnya, memiliki dua anak saja sudah dianggap memiliki banyak anak. Bagi sebagian orang, mungkin memiliki empat anak adalah standar minimal. Sebagian pembaca mungkin pernah mendengar lagu "Mudiak Harau" karya Ajis Sutan Sati yang dalam liriknya menyebut baranak ampek den nanti juo (punya empat anak, tetap kutunggu).
Kembali ke pangkal cerita Sang ayah dari sahabat saya di atas yang memiliki tiga belas anak. Saya juga tanya berapa jumlah cucu dan cicitnya. Dengan yakin beliau mengatakan ada tiga puluh delapan cucu dan dua puluh enam cicit.
Dalam kasus orang tua sahabat saya ini. Awalnya hanya ada dua orang tua ini. Dari keduanya Allah beri karunia tiga belas anak. Dari tiga belas anak ini tentunya menjadi dua puluh enam orang dengan menantu. Dua puluh enam anak dan menantu ditambah cucu tiga puluh delapan menjadi enam puluh empat orang. Jika ditambah dengan cicitnya yang saat ini baru berjumlah dua puluh enam orang, maka jumlah tiga generasi keturunannya sebanyak sembilan puluh orang.
Sembilan puluh orang ini adalah rezeki yang banyak bagi dua orang tua. Rezeki tidak terbatas dalam pengertian materi berupa harta semata. Lebih dari itu, rezeki berupa anak cucu dan cicit yang saleh yang akan mendoakan adalah jauh lebih bermakna sebagai rezeki yang mulia yang akan menjadi amal yang tidak terputus walaupun dua orang tua ini sudah meninggal berkalang tanah.
Rezeki Orang Tua Di Hari Tuanya
Dalam perspektif lain, tentu butuh upaya dan perjuangan yang luar biasa bagi orang tua untuk dapat mendidik semua anaknya menjadi anak yang saleh. Banyak anak banyak rezeki, tentunya tidak berlaku bagi orang tua yang tidak mendidik anaknya sehingga justru anaknya malah menjadi "musuh" bagi orang tuanya sebagaimana dalam surah 64 ayat 14.
Anak-anak yang saleh, adalah investasi bagi kedua orang tuanya. Anak-anak yang saleh, tentunya tidak akan menelantarkan orang tuanya kelak. Maka dalam hal ini, mempunyai banyak anak yang saleh merupakan investasi yang hasilnya akan dinikmati oleh orang tua di dunia. Bandingkan dengan orang tua yang tidak punya banyak anak, lalu hari tuanya digantungkan kepada dua orang anak saja misalnya. Tentunya akan berbeda "rezeki" yang akan diterima oleh kedua orang tua tersebut.
Banyak Anak Perspektif Hadis Nabi
Nabi Muhammad Saw. senang jika umatnya mempunyai anak yang banyak. Hal itu dipahami dari hadis Baginda Rasulullah Saw. yang memerintahkan umatnya untuk menikahi perempuan yang penyayang lalu darinya didapati keturunan yang banyak. Nabi akan bangga dengan banyaknya umatnya di bandingkan umat terdahulu. Perhatikan hadis riwayat Abu Dawud no. 2050 berikut ini!
Post a Comment