Bismillah

 Dalam sebuah hadis Baginda Rasulullah bersabda
كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم فهو أبتر 
Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan "bismillahirrahmanirrahim" maka perkara tersebut terputus (H.R. Abu Dawud, An-Nasa'i, Ibn Majah dan Ibn Hibban dari Abu Hurairah) juga ditemukan dalam Musnad Ahmad bin Hanbal)

Sanad hadis di atas dinilai dhaif oleh mayoritas ulama. Namun, ada juga yang menilai derajat hadis ini hasan di antaranya An-Nawawi dan Ibn Hajar. Abdul Aziz bin Baz mengatakan hasan lighairihi.
Terlepas dari hadis di atas, dalam hadis lain ada banyak anjuran memulai sesuatu dengan nama Allah. Ketika mau tidur, kita membaca  doa bismika Allahumma ahya wa amutu. Ketika kita keluar rumah, kita berserah diri kepada Allah dengan membaca  Bismillahi tawakkaltu ala Allahi la haula wala quwwata illah billahi. Ketika memulai makan, kita membaca Bismillah. Bahkan jika kita lupa, tetap dianjurkan membaca Bismillahi awwaluhu wa akhiruhu. Hewan yang zatnya dihalalkan Allah seperti ayam, kambing dan sapi tetap tidak halal jika disembelih tanpa menyebut nama Allah. Bahkan saat hendak berhubungan suami istri, diperintahkan berdoa Bismillahi Allahumma janibna al-syaithani. 

Begitu pentingnya memulai sesuatu dengan nama Allah, maka kita mulai materi pengajian subuh kita dengan bismillah. Izinkan saya mengulang kaji tentang makna bismillah. Lafal bismillah terdiri atas tiga kata yaitu bi, ismi, dan Allah. Kita temukan terjemahannya dalam Alquran "dengan nama Allah".

Dalam makna "bi" tersirat ada makna "mulai". Ketika kita membaca bismillah setiap memulai aktivitas dan pekerjaan kita,  maka berarti "kita mulai pekerjaan kita dengan nama Allah". Makna lain yang juga tersirat dari kata "bi" adalah "kekuasaan, izin dan pertolongan Allah".

Ketika kita mulai pengajian ini dengan bismillah,  itu artinya pengajian ini bisa terlaksana atas izin dan pertolongan Allah. Allah-lah yang berkuasa menjadikan sesuatu perbuatan terwujud. Kita tidur tadi malam lalu dikembalikan Allah ruh kita. Kita berangkat menuju masjid untuk menunaikan salat terjadi atas izin Allah. Apapun yang kita lakukan semuanya terjadi atas kekuasaan dan pertolongan Allah.

Kata "ism" biasa diterjemahkan dengan "nama". Kata ini berasal dari akar kata السمو (assumuwwu) yang berarti "tinggi". Langit disebut dengan السماء (al-sama') karena ketinggiannya. Ada juga yang mengatakan berasal dari kata السمة (assimatu) yang berarti tanda. 


Baca Juga:
Allah, Tuhan dan The God

Menurut Al-Thabathaba'i, nama ditujukan untuk dua tujuan. Pertama untuk mengekalkan sesuatu. Ketika nama seorang tokoh dijadikan sebagai nama jalan misalnya, diharapkan agar tokoh itu kekal dalam ingatan manusia. Hampir setiap kota menggunakan nama duo proklamator Soekarno-Hatta. Harapan dari penamaan itu adalah agar keduanya tetap dikenang oleh setiap orang. Kedua, dengan nama sesuatu diharapkan memperoleh berkat/sifat terpuji. Ketika seseorang memberi nama anaknya dengan Muhammad misalnya, diharapkan agar anak meneladani sifat terpuji Nabi Muhammad Saw.

Al-Maraghi mengatakan bahwa orang Arab pra-Islam biasa memulai pekerjaan mereka dengan nama berhala. Mereka biasa menyebut bismil lata, bismil uza. Bangsa-bangsa lain memulai pekerjaan mereka dengan nama raja mereka. Mereka menyebutkan nama berhala yang mereka agungkan dengan tujuan meninggikan berhalanya sekaligus berharap mendapatkan berkah yang akan diberikan oleh berhala yang mereka agungkan itu.

Selaku orang beriman, maka sepatutnya kita memulai segala perbuatan baik yang kita lakukan dengan ucapan bismillah. Orang yang mengucapkan bismillah berarti meninggikan Allah. Dalam konteks tauhid, memulai pekerjaan dengan menyebut nama Allah berarti kita yakin dan percaya bahwa perbuatan dan pekerjaan yang kita lakukan hanya dapat terwujud atas izin dan pertolongan Allah.

Semoga dengan ucapan bismillah kita berharap nilai pekerjaan itu kekal dan pekerjaan yang kita lakukan diberkahi oleh Allah. Jika pekerjaan tidak dimulai dengan menyebut bismillah, maka keberlanjutan dan berkah dari pekerjaan sulit diharapkan. Hadis di atas yang kita sampaikan di awal kajian ini paling tidak juga menyebutkan hal itu.
____
Disampaikan pertama kali dalam pengajian subuh di Masjid Taqwa Muhammadiyah Aceh Tengah pada hari Kamis, 24 Sya'ban 1439 H/ 10 Mei 2018

Share this:

Post a Comment

 
  • Contact Us | Site Map | TOS | Privacy Policy | Disclaimer
  • Copyright © Bismi Rabb. Template by OddThemes