Haruskah Minta Maaf Saat Idul Fitri?

"Selamat Idul Fitri. Mohon Maaf Lahir dan Batin".

Demikian ungkapan yang biasa disampaikan atau ditemukan pada saat Idul Fitri. Ada tradisi meminta maaf pada saat Idul Fitri. Tradisi itu umum berlaku di Indonesia. Permintaan maaf itu kadang disampaikan melalui penyampaian secara lisan, dan juga melalui penyampaian tertulis di media sosial. Bahkan juga ditemukan di spanduk dan baliho besar. Setiap mengucapkan selamat Idul Fitri, selalu dibarengi dengan permintaan maaf atas kesalahan. 

Namun, ada pertanyaan disampaikan kepada kami benarkah tidak ada syariat khusus yang mengatakan ada perintah bermaafan di hari raya. Mengapa harus meminta maaf di hari Idul fitri? Apa hubungannya Idul fitri dengan bermaafan lahir dan batin?

Untuk diketahui bersama, bahwa dalam hadis disampaikan "siapa yang berpuasadalam redaksi yang lain, siapa yang mendirikanRamadhan atas dasar iman dan dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah, maka Allah ampuni dosanya yang telah berlalu". Hadis ini populer. Sering disampaikan oleh penceramah di bulan Ramadhan. Dalam hadis ini disebutkan bahwa Allah mengampuni dosa hamba yang berpuasa di siang hari dan mengisi malam-malam Ramadhan dengan ibadah sunnah seperti tarawih, sedekah, baca Alquran, iktikaf atau menambah ilmu dengan menghadiri majlis atau mendengar ceramah, maka Allah ampuni dosanya yang telah berlalu. Sehingga setelah Ramadhan ia disebut kembali dalam kondisi suci tanpa dosa. Ini yang disebut sebagai Idul Fitri, kembali suci.

Namun, dosa yang diampuni oleh Allah melalui shiyam dan qiyam Ramadhan hanyalah dosa terkait dengan hak-hak Allah. Sedangkan yang berkaitan dengan hak-hak manusia tidak diampuni oleh Allah kecuali hak-hak itu telah ditunaikan. Oleh karena itu, penting bermaafan di hari Idul fitri untuk benar-benar menghapuskan dosa terkait dosa yang bersangkut-paut dengan sesama manusia.

Sebagai contoh, kewajiban seorang ayah atau suami terhadap hak anak dan istri untuk mendapatkan nafkah, pendidikan dan perlindungan. Jika hak itu tidak terpenuhi, maka harus dipenuhi. Jika tidak bisa memenuhinya, maka ayah harus minta maaf kepada anak dan istrinya. Begitu juga sebaliknya istri atau anak yang tidak melakukan kewajiban berbakti kepada seorang ayah atau suami.

Seorang yang diamanahi dengan pekerjaan dan tanggung jawab mendidik-mengajar, seperti guru dan dosen misalnya, juga wajib minta maaf jika belum melaksanakan amanah itu dengan baik dan benar. Pegawai, petugas bahkan pejabat yang bertugas melayani publik atau masyarakat juga wajib minta maaf karena mungkin belum menunaikan kewajiban dengan sebaik-baiknya. Dalam hidup bertetangga, berkelompok, bermasyarakat juga mungkin terdapat kesalahan. Maka meminta maaf adalah sebuah cara untuk merelakan hak yang belum ditunaikan.

Apa Dalilnya?
Ada beberapa hadis sebagai dalil keharusan memenuhi hak-hak orang lain. Jika hak orang lain itu belum ditunaikan, maka menghalangi seseorang untuk masuk surga. Seperti contoh seorang yang syahidyang sedianya dijamin masuk surga karena diampuni dosanyamati dalam keadaan masih berhutang.

عَنْ عبدِاللَّهِ بنِ عَمرو بنِ العاص، رضي اللَّه عنْهما، أنَّ رسُول اللَّه ﷺ قَالَ: يغْفِرُ اللَّه للشَّهيدِ كُلَّ ذنب إلاَّ الدَّيْنَ. رواه مسلمٌ
Dari Abdullah bin Amr bin Ash sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, orang yang mati syahid diampuni semua dosanya kecuali hutangnya. Hadis Riwayat Muslim.

Riwayat lain, dari Abu Qatadah, maksudnya saja disampaikan lebih kurang mengatakan, bahwa ada sahabat yang bertanya kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam ketika beliau menyampaikan keutamaan berjihad di jalan Allah. Dia bertanya apakah diampuni dosanya jika ia mati ketika berjihad di jalan Allah. Lalu dijawab oleh Rasulullah bahwa ia diampuni. Selanjutnya ditegaskan oleh Rasulullah jika dia syahid membela agama Allah maka diampuni dosa-dosanya kecuali dosa meninggalkan hutang.[1] 

Hadis lain, dari Umar in khottab[2], maksudnya saja disampaikan lebih kurang mengatakan, bahwa ketika perang Khoibar ada sekelompok shahabat Nabi sallallahu’alaihi wa salllam menghadap dan mengatakan, “Fulan Syahid, fulan syahid. Kemudian mereka melewati seseorang yang terbunuh, maka mereka mengatakan ‘Orang ini Syahid. Maka Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak, sesungguhnya saya melihat dia di neraka karena burdah atau baju penutup yang diambil dan disembunyikan dari harta rampasan perang. Harusnya harta itu dibagi terlebih dahulu. Maka Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Umar Ibnu Khattab! Keluarlah, dan sampaikan kepada orang-orang  bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang mukmin. Maka Umar keluar dan menyeru,”Ketahuilah bahwa tidak ada yang masuk surga kecuali mukmin."

Menurut Imam An-Nawawi, ketika mensyarah hadis-hadis di atas, ini adalah peringatan betapa pentingnya menunaikan hak-hak Bani Adam. Lebih lanjut menurutnya, bahwa jihad dan syahid serta amalan kebaikan yang lainnya, tidak dapat menghapus hak-hak Bani Adam. Ia hanya dapat menghapus hak Allah Ta’ala.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menunaikan kewajiban yang berkaitan dengan hak-hak orang lain. Sekelas mujahid yang syahid sekalipun tidak diampuni dosanya yang berhubungan dengan manusia. Karena syahid hanya menggugurkan dosa kepada Allah.

Demikian juga ibadah puasa yang dilaksanakan di bulan Ramadan menjadikan orang Idul Fithri (kembali bebas dari dosa) yang berhubungan dengan Allah. Sedangkan dosa yang berhubungan dengan sesama manusia harus dimintai kerelaan dan keridhoaannya dengan permohonan maaf. Jika dimaafkan, maka barulah benar-benar bebas dari Dosa.

Selamat Idul Fitri untuk Kita semua. Mohon maaf saya kepada Kita semua. Semoga Kita istiqomah dengan kondisi fitri ini sehingga tidak ada lagi dosa kita. Baik dosa kepada Allah, maupun dosa sesama manusia. Aamiin



_____
Disampaikan pertama kali untuk pengajian subuh di Masjid Taqwa Muhammadiyah Aceh Tengah pada hari Kamis tanggal 7 Syawal 1439 H/ 21 Juni 2018 M




[1] Redaksi hadisnya terdapat dalam Shahih Muslim nomor hadis 3504
3504 حدثنا قتيبة بن سعيد حدثنا ليث عن سعيد بن أبي سعيد عن عبد الله بن أبي قتادة عن أبي قتادة أنه سمعه يحدث عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قام فيهم فذكر لهم أن الجهاد في سبيل الله والإيمان بالله أفضل الأعمال فقام رجل فقال يا رسول الله أرأيت إن قتلت في سبيل الله تكفر عني خطاياي فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم نعم إن قتلت في سبيل الله وأنت صابر محتسب مقبل غير مدبر ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم كيف قلت قال أرأيت إن قتلت في سبيل الله أتكفر عني خطاياي فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم نعم وأنت صابر محتسب مقبل غير مدبر إلا الدين فإن جبريل عليه السلام قال لي ذلك حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة ومحمد بن المثنى قالا حدثنا يزيد بن هارون أخبرنا يحيى يعني ابن سعيد عن  سعيد بن أبي سعيد المقبري عن عبد الله بن أبي قتادة عن أبيه قال جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال أرأيت إن قتلت في سبيل الله بمعنى حديثالليث وحدثنا سعيد بن منصور حدثنا سفيان عن عمرو بن دينار عن محمد بن قيس ح قال وحدثنا محمد بن عجلان عن محمد بن قيس عن عبد الله بن أبي قتادة عن أبيه عن النبي صلى الله عليه وسلم يزيد أحدهما على صاحبه أن رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم وهو على المنبر فقال أرأيت إن ضربت بسيفي بمعنى حديث المقبري
[2] Redaksi hadis yang saya kutip terdapat dalam Shaih Muslim nomor hadis 114
114 حدثني زهير بن حرب حدثنا هاشم بن القاسم حدثنا عكرمة بن عمار قال حدثني سماك الحنفي أبو زميل قال حدثني عبد الله بن عباس قال حدثنيعمر بن الخطاب قال لما كان يوم خيبر أقبل نفر من صحابة النبي صلى الله عليه وسلم فقالوا فلان شهيد فلان شهيد حتى مروا على رجل فقالوا فلان شهيد فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم كلا إني رأيته في النار في بردة غلها أو عباءة ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يا ابن الخطاب اذهب فناد في الناس أنه لا يدخل الجنة إلا المؤمنون قال فخرجت فناديت ألا إنه لا يدخل الجنة إلا المؤمنون
Hadis lain terkait ini juga ada dari Abu Hurairah dalam hadis Muslim nomor hadis 115
115 حدثني أبو الطاهر قال أخبرني ابن وهب عن مالك بن أنس عن ثور بن زيد الدؤلي عن سالم أبي الغيث مولى ابن مطيع عن أبي هريرة ح وحدثناقتيبة بن سعيد وهذا حديثه حدثنا عبد العزيز يعني ابن محمد عن ثور عن أبي الغيث عن أبي هريرة قال خرجنا مع النبي صلى الله عليه وسلم إلى خيبر ففتح الله علينا فلم نغنم ذهبا ولا ورقا غنمنا المتاع والطعام والثياب ثم انطلقنا إلى الوادي ومع رسول الله صلى الله عليه وسلم عبد له وهبه له رجل منجذام يدعى رفاعة بن زيد من بني الضبيب فلما نزلنا الوادي قام عبد رسول الله صلى الله عليه وسلم يحل رحله فرمي بسهم فكان فيه حتفه فقلنا هنيئا له الشهادة يا رسول الله قال رسول الله صلى الله عليه وسلم كلا والذي نفس محمد بيده إن الشملة لتلتهب عليه نارا أخذها من الغنائم يوم خيبر لم تصبها المقاسم قال ففزع الناس فجاء رجل بشراك أو شراكين فقال يا رسول الله أصبت يوم خيبر فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم شراك من نار أو شراكان من نار

Share this:

Post a Comment

 
  • Contact Us | Site Map | TOS | Privacy Policy | Disclaimer
  • Copyright © Bismi Rabb. Template by OddThemes