Mengambil "Peringatan" Dari Acara Peringatan Nuzul Alquran

Sebelum Alquran diturunkan,  kondisi masyarakat Arab saat itu berada dalam masa jahiliah. Jahiliah tidak dipahami dalam pengertian bodoh dan terbelakang dalam ilmu dan peradaban. Buktinya bangsa Arab waktu itu telah mengenal ilmu perbintangan dan pertukaran musim yang mereka gunakan untuk keperluan perdagangan ekspor impor (رحلة للشتاء والصيف). Jahilah dipahami sebagai kondisi bodoh dan terbelakang dalam persoalan tauhid.

Satu contoh bentuk jahiliahnya masyarakat Arab waktu itu sebagaimana diceritakan oleh Umar ibn Khatab. Jika ingat masa itu bisa menangis dan bisa tertawa. Umar menangis jika ingat bagaimana dia membunuh anak perempuannya dengan menguburnya hidup-hidup. Umar tertawa geli jika ingat pernah memakan tuhan yang dibuat dari gandum. Ada berhala yang dibuat dari gandum. Berhala itu disembah. Namun ketika musim paceklik datang tuhan tadi dimakan. Meskipun kebenaran riwayat terkait Umar yang mengubur anak ini diperselisihkan oleh ulama, namun tradisi jahiliah mengubur anak perempuan hidup-hidup itu dibenarkan ulama ada di Arab walau bukan dilakukan oleh suku Quraisy.Itulah di antara gambaran jahiliah. 

Dalam keadaan jahiliyah seperti itu Nabi Muhammad mengasingkan diri di gua Hirak. Di sanalah beliau menerima wahyu untuk pertama kalinya. Iqra'!.Ayat ini tidak berbunyi Iqra'il Qur'an atau Iqra'ul Qur'an!. Tapi hanya Iqra'! Hebatnya wahyu pertama ini memerintahkan untuk membaca tanpa menyebutkan objek apa yang dibaca. Ketika suatu perintah muncul tanpa menyebutkan objek tertentu yang diperintahkan--dalam kasus ayat ini membaca--dipahami bahwa objek yang diperintahkan itu bersifat luas dan tidak terbatas.
Perintah membaca ini tidak hanya dimaknai dengan membaca ayat-ayat Allah yang tertulis, tapi juga membaca ayat-ayat Allah yang tidak tertulis, termasuk membaca alam semesta. "Alam terkembang dijadikan guru" begitu di antara pepatah populer. Perintah membaca bisa dipahami sebagai pintu gerbang ilmu pengetahuan dan peradaban. Perintah membaca di ayat ini juga dipahami dengan membaca masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Perintah membaca tantangan, peluang dan harapan. Pendek kata, bacalah semua yang ada dan bisa dibaca.

Alquran Sebagai Petunjuk Bagi Manusia
Ayat yang dibacakan oleh Qori di awal kegiatan kita tadi (شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ) mengatakan bahwa Alquran adalah sebagai petunjuk bagi manusia secara umum. Ayat ini tidak membedakan jenis manusianya seperti apa, apakah manusianya seorang muslim atau kafir, apakah manusianya seorang yang taat atau seorang pendosa, apakah anak-anak atau orang dewasa atau orang tua. Ayat ini tidak menyebutkan dengan batasan siapa manusia yang akan mendapat petunjuk dari Allah. Artinya, bahwa petunjuk Alquran itu adalah berlaku bagi semua orang, tanpa dibedakan apa pun latar belakangnya.

Kita kutip kembali penggalan kisah Umar bin Khatab dalam konteks hidayah Islam yang diterimanya sebelum Islam. Dikisahkan bahwa Umar yang belum Islam mendapat hidayah iman ketika membaca Alquran yang diambilnya dari adiknya.

Umar yang sangat benci dengan Islam dan berencana membunuh Nabi Muhammad. Betapa marahnya Umar ketika mendengar adik perempuan yang dicintainya ternyata beriman dengan ajaran yang dibawa oleh Muhammad. Umar tidak jadi pergi membunuh Nabi Muhammad dan berbalik arah menuju ke rumah adiknya. Sesampai di rumah adiknya, didapati adiknya sedang membaca sesuatu yang belakangan diketahui Umar adalah Alquran. Pendek kata, Umar mendapat hidayah setelah membaca potongan ayat Alquran dan meyakini bahwa apa yang dibacanya bukanlah perkataan manusia, tapi sesuatu yang indah dan berasal dari Zat Yang Maha Agung.

Sebagian kita mungkin juga tahu bahwa ada orang yang dapat hidayah Islam setelah mengalami berbagai lika-liku kehidupan. Ada yang dapat hidayah Islam di penjara. Ada yang dapat hidayah setelah berlumuran dosa sebelumnya. Ada yang dapat hidayah setelah kehilangan keluarga, harta benda, jabatan dan lain sebagainya. Ada juga yang dapat hidayah Islam tanpa melalui itu semua. Alquran petunjuk bagi semua manusia.

Alquran Sebagai Petunjuk Bagi Orang Yang Bertakwa
Dalam ayat yang lain, Q.S. Albaqarah ayat 2 sampai 5 disebutkan bahwa Alquran adalah sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa. Jika disandingkan ayat ini dengan ayat dalam Albaqarah ayat 185 di atas, sepertinya terdapat pernyataan yang bertolak belakang. Satu ayat mengatakan hidayah itu bagi semua manusia. Ayat lain mengatakan hidayah itu diperuntukkan bagi orang yang bertakwa.

Buya Hamka mengatakan betul bahwa Alquran sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa. Betul juga pernyataan ayat yang mengatakan bahwa Alquran sebagai petunjuk bagi manusia keseluruhannya tanpa dibedakan dia manusia bertakwa atau tidak bertakwa. Hanya saja, bagi orang yang bertakwa Alquran adalah petunjuk bagaikan jalan tol yang bebas hambatan. Tidak demikian halnya dengan manusia lain yang tidak bertakwa. Mereka bisa saja mendapatkan petunjuk setelah melalui berbagai hambatan, rintangan, tantangan berupa lalu lampu merah, kemacetan dan mungkin jalan yang rusak. Bahkan ada yang mengalami kecelakaan di jalan raya. Beda halnya dengan jalan tol, jalan ini bebas macet, tanpa lampu merah dan jalannya tidak rusak.

Demikianlah halnya keberadaan Alquran sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa. Ia adalah petunjuk yang akan didapatkan dengan cepat tanpa melalui banyak rintangan dan hambatan. Tidak perlu bergelimang dosa dulu baru mendapat petunjuk. Andai bergelimang dosa dalam keadaan belum mendapat petunjuk, dalam saat yang sama yang bersangkutan meninggal dunia, maka mati dalam keadaan berdosa. Maka penting bagi kita memberi peringatan kepada diri kita agar berusaha menjadi pribadi yang bertakwa agar cepat dapat petunjuk.

Siapa mereka yang disebut sebagai orang yang bertakwa? Puasa yang kita lakukan karena iman dan keikhlasan insya Allah akan berbuah takwa. Kita akan keluar menjadi pribadi yang bertakwa. La'allakum tattaqun, demikian bunyi ujung ayat perintah puasa dalam surah Albaqarah tersebut.

Dalam Surah Albaqarah ayat 3 sampai ayat 5 disebutkan paling tidak ada lima kategori pribadi bertakwa yang akan mendapatkan hidayah Alquran. Yaitu orang yang beriman dengan yang gaib, mendirikan salat, berinfak dengan harta yang telah diberikan Allah kepada dirinya, beriman dengan kitab suci yang Allah turunkan, percaya akan adanya akhirat. Ditegaskan pada ujung ayat kelima surah ini, merekalah yang beroleh petunjuk dari Allah dan kelima golongan itu juga disebut sebagai orang yang beruntung.

"Peringatan" dari Peringatan Acara Nuzul Alquran
Setiap tahun diadakan acara peringatan/ memperingati nuzul Alquran. Pertanyaannya adalah dari setiap tahun acara peringatan itu, sudahkan kita memberi peringatan kepada diri kita masing-masing tentang  bagaimana meraih petunjuk dari Alquran itu? Sudahkah kita memberi peringatan kepada diri kita tentang pentingnya membaca Alquran? Bagi yang belum lancar membaca Alquran, sudahkan dibuat peringatan tegas bagi diri kita tentang ruginya orang yang tidak bisa membaca Alquran. Bagi yang jarang membaca Alquran. sudahkan mengambil peringatan agar intensitas membaca Alquran ditingkatkan. Lebih lanjut, sudahkah kita memberi peringatan kepada diri kita bagaimana caranya menjadikan Alquran sebagai petunjuk. Bagaimana mungkin akan meraih petunjuk Alquran dengan jalur tol, jika tidak berinteraksi dengan Alquran.

____
Disarikan dari penyampaian ceramah Nuzul AlQuran di Masjid Nurul Iman Burni Bius Kec. Silih Nara Kab. Aceh Tengah pada malam 19 Ramadhan 1439 H/ 3 Juni 2018

Share this:

Post a Comment

 
  • Contact Us | Site Map | TOS | Privacy Policy | Disclaimer
  • Copyright © Bismi Rabb. Template by OddThemes