Lebaran tahun 1439 H ini adalah lebaran kedua saya tidak pulang kampung. Dua tahun sebelumnya saya dan keluarga juga tidak pulang kampung dengan alasan yang hampir sama dengan alasan tahun ini. Banyak hal berbeda tentunya dengan waktu dua tahun yang lalu. Di antaranya, tahun ini kami berlebaran di rantau dengan enam orang anggota keluarga.
Selebihnya, kondisinya hampir sama. Bahkan ada kondisi yang persis sama, dititipi sepeda motor dan kunci rumah kawan yang pulang kampung. Bahkan juga dititipi isi kulkas. Khusus titipan terakhir tidak akan dikembalikan. ☺
H-2 lebaran, sambil bawa tiga anak raun-raun, saya keliling untuk pantau kondisi rumah pemudik di sekitar tempat tinggal di saribesa.
Rumah pertama, rumah cat kuning di sebelah kanan rumah kontrakan saya. Tampak lampu luar menyala. Rumah ini hanya diamati dari jalan di samping rumah saya. Rumah ini selalu tampak setiap saat saya ke luar rumah.
Lanjut ke rumah kedua, rumahnya hamba Allah Yang Maha Memelihara. Lampu luar tampak tidak menyala. Hal yang sama juga didapati pada rumah ketiga di dekat mushalla. Yaitu rumahnya seorang hamba terpuji lagi berilmu pengetahuan. Dekat mesin pompa air di teras rumah tampak tergolek sebuah tong sampah hijau.
Sedikit tambahan. Dari rumah kedua menuju ke rumah ketiga, saya lewat ke jalan berbeda. Tampak parkir sepeda motor seorang sepri dekat rumah bapak yang tinggal dekat mushalla dekat rumah kedua itu. Rumah ini tidak dimaksudkan untuk dilihat.
Beranjak ke atas menuju rumah keempat, rumah cat biru berpagar putih tepat di depan sekolah sibuciek. Tampak di depan rumah berdiri dengan gagahnya sebuah mobil merah. Merah catnya. Bukan merah plat nomornya ☺. Lampu luar masih menyala sebagai bukti masih ada pulsa listriknya.
Di sebelahnya, rumah kelima terlihat ada tukang yang bekerja melakukan pencatan pagar yang mungkin untuk saat ini lebih bagus dibanding pagar tempat kerja orang yang tinggal di rumah ini.
Lurus terus menuju lapangan futsal lalu berbelok ke kanan menuju rumah dua orang kawan. Rumah keenam yaitu rumah kawan yang rencana awalnya tidak pulang kampung dan akan berhari raya bersama dengan kami di sini 😂. Di rumah ini terlihat ada payung tergantung di depan pintu masuk.
Dua nomor dari rumah ini terlihat rumah ketujuh yang di jemurannya terjemur dua seprei bermotiv bendera negara paman sam dan satu lagi motiv bunga. Kedua rumah ini, lampu luarnya menyala di siang hari.
Rumah kedelapan dan kesembilan yang dipantau yaitu rumah nomor 351 dan 352 yang sebenarnya agak jauh dari sekitaran tempat ini. Pada kedua rumah tidak ada lampu luar yang menyala. Berdasarkan info penghuni rumah sebelahnya, memang tidak hidup lampu itu. Diduga pulsanya habis. Di depan rumah 352 terlihat dua buah ban bekas yang disulap menjadi meja kecil.
Sebelum sampai ke rumah kedelapan dan kesembilan ini, saya sempat berhenti di depan sebuah cafe yang hampir siap bagian teras dan parkirnya. Tiba-tiba saya dihampiri oleh seorang pengusaha muda yang sukses namun tawadhu'. Dialah pemilik cafe baru ini. Dia menawarkan saya dan anak-anak beraya ke rumahnya.
Dalam perjalanan menuju rumah berikutnya, ternyata anak saya laki-laki yang kecil tertidur dalam perjalanan. Maka saya putuskan langsung pulang ke kontrakan dulu sebelum melanjutkan pemantauan.
Di perjalanan pulang saya melihat sepeda motor dengan nopol xx 5991 xx yang dikendarai seorang lelaki dengan pakaian kurang bersih. Saya tahu pemilik sepeda motor ini sudah pulang kampung. Saya iringi terus kemana arah pengemudinya pergi. Eh, ternyata dia adalah tukang yang bekerja di rumah tempat pemilik sepeda motor itu tinggal 😠.
Setelah mengantarkan sikecil pulang dan menidurkannya, saya lanjutkan memantau rumah berikutnya. Rumah berikutnya yaitu rumah di depan panglong yang ramai berkeliaran hewan penjaga rumah di depannya.
Ada tiga rumah di sini. Selanjutnya saya sebut rumah kesepuluh sampai kedua belas. Rumah kesepuluh adalah rumah yang ada bunga di depannya. Rumah kesebelas adalah rumah di tengahnya dan rumah kedua belas yang paling ujing.
Di tiga rumah ini hanya rumah di tengah yang nenyala lampu luarnya. Dua rumah yang mengapitnya lampu luarnya tidak menyala. Di rumah kesepuluh nampak di terasnya parkir sebuah sepeda motor satria warna hijau. Sedangkan dua rumah lagi kosong halamannya dari kendaraan.
Lanjut ke belakang lapangan futsal menuju komplek rumah ketiga belas dan seterusnya. Deretan pertama rumah ketiga belas yaitu rumahnya Ibuk sekretaris jurusan. Pintunya terkunci gembok. Rumah keempat belas adalah rumahnya orang yang juga dulu katanya tidak pulang kampung 😂. Sedangkan rumah kelima belas adalah rumahnya orang yang sering pulkam 😊. Ketiga rumah ini lampu luarnya tidak menyala.
Setahu saya penghuni rumah kelima belas ini menyalakan lampu luarnya sebelum pulang kampung. Tidak terdengar bunyi tit tit tit dari meterannya sebagai tanda pulsa listriknya habis.
Justru yang terdengar bunyi tit tit tit dari meteran rumah ke enam belas yaitu berselang satu rumah dari rumah kelima belad. Rumah ini berangkai dengan rumah ketujuh belas dan ke delapan belas. Tiga rumah ini juga tidak menyalakan lampu luarnya. Bedanya, rumah kedelapan belas nampak cahaya lampu menyala di dalam rumahnya.
Terakhir rumah kesembilan belas, tepat berada di depan rumah ketujuh belas dan kedelapan belas. Juga tidak menyalakan lampu luarnya. Jadilah komplek ini sepi, sunyi dan tanpa cahaya jika tiga rumah sisanya juga tidak dinyalakan lampunya oleh pemiliknya.
Demikian reportase h-2. Nantikan reportase yang sedikit repot ini h+2 jika tidak ada halangan. Semoga rumah-rumah ini tetap aman dan dalam penjagaan Allah. Selamat pulang kampung. Selamat bersilaturahim. Selamat berhari raya. Semoga amal kita diterima Allah. #IdMubarak
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment