Akhir-akhir ini jika kita lihat beberapa iklan produk di media televisi sudah
dibanjiri dengan iklan-iklan yang sudah “mempersiapkan diri” untuk memasuki
bulan Ramadhan. Sebut saja seperti iklan sirup, iklan sarung, iklan margarin,
iklan cat, iklan pewangi pakaian dan iklan beberapa produk lain yang sengaja
diiklankan berkaitan dengan bulan Ramadhan.
Iklan-iklan di atas sepertinya disengaja oleh perusahaan produk
tersebut diiklankan jauh-jauh hari sebelum Ramdahan agar pada saat Ramadhan
atau Idul Fitri masyarakat sudah populer dengan barang mereka. Paling tidak,
alam bawah masyarakat sudah langsung mengingat produk-produk mereka ketika
mereka membutuhkannya.
Maraknya iklan-iklan tersebut sangat dimaklumi mengingat sebagian
kita masih memakai budaya komsumtif terkait dengan even dan waktu-waktu
tertentu. Sebebut saja seperti sarung, peci, baju koko dan mukena yang
terlanjur dianggap sebagai pakaian khusus ibadah Ramadhan oleh sebagaian
masyarakat kita. Iklan sirup, misalnya, yang identik dengan minuman berbuka
atau minuman lebaran bagi sebagaian masyarakat kita. Iklan margarin dikarenakan
budaya kita membuat kue sebelum lebaran. Iklan cat dikarenakan ada sebagaian
kita yang senang memperbarui cat rumahnya sebelum lebaran. Masih banyak produk
lain jika kita amati di media.
Bagi Pedagang hal tersebut juga berlaku. Pedagang sembako sudah
menambah stok barang berupa sembako dikarenakan tingginya tingkat konsumsi
masyarakat kita di bulan Ramadhan. Pedagang busana juga sudah menambah stok dan
koleksinya untuk persiapan lebaran.
Dari beberapa keadaan di atas, ada satu hal yang dapat kita
tangkap di sini adalah bahwa secara duniawi sebagian kita sudah mempersiapkan
segala sesuatu untuk menyambut bulan Ramadhan. Pertanyaan yang ingin kita
ajukan adalah apakah kita juga sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk urusan
akhirat kita terkait Bulan Ramadhan yang tinggal menghitung hari? Persiapan
yang dimaksud adalah persiapan untuk bisa memanfaatkan fasilitas Ramadhan untuk
kepentingan akhirat kita.
Dalam hal ini paling tidak ada 5 persiapan yang harus kita lakukan
terkait bulan Ramadhan.
Pertama, Persiapan Ilmu. Karena bulan Ramadhan adalah bulan yang nilai
ibadah dilipatgandakan. Agar ibadah yang kita lakukan bernilai di sisi Allah,
maka ibadah tersebut harus dilakukan berdasarkan ilmu pengetahuan agama yang
kita punya. Seperti ilmu pengetahuan tentang yang merusak nilai ibadah puasa.
Jika seorang yang berpuasa tidak mengetahuinya maka kasihan sekali ibadah
puasanya tidak bernilai di hadapan Allah kecuali sekedar menahan haus dan
lapar. Begitu juga ilmu tentang sedekah, membaca al-Qur’an, zakat, dan ibadah
lain baik yang wajib maupun yang sunat.
Kedua, Persiapan Rohani. Yang kita maksud dengan persiapan rohani adalah
persiapan diri kita dari aspek keimanan dengan segala paketnya. Karena Ibadah
puasa adalah ibadah yang diwajibkan kepada orang yang beriman. Mulai dari
sekarang iman harus ditingkatkan. Perbuatan kecil yang boleh dilakukan, namun
berpotensi membawa kita kepada perbuatan dosa mulai kita latih untuk
ditinggalkan. Berkumpul, bercerita, bercanda adalah perbuatan boleh. Namun jika
kumpul-kumpul sudah mengarah kepada menggunjingkan orang lain maka itu
berpotensi membawa dosa. Maka di sinilah peranan persiapan melatih rohani
karena jika hal itu terlanjur terbawa dan dilakukan pada saat puasa, maka puasa
bisa menjadi tidak bernilai.
Persiapan rohani juga dapat dilakukan dengan membiasakan atau
melatih diri kita untuk melaksanakan ibadah-ibadah sunnah lain yang selama ini
jarang kita lakukan. Latihan ini ditujukan agar rohani terbiasa melakukan
ibadah tersebut pada bulan Ramadhan nanti.
Ketiga, Persiapan Jasmani atau Fisik. Yang dimaksud dengan persiapan
jasmani adalah setiap mukmin harus menjaga fisik dan jasmani tetap sehat hingga
datangnya bulan Ramadhan. Memang boleh tidak berpuasa bagi orang sakit pada
bulan Ramadhan, tapi dia harus mengganti ibadah puasanya di luar Ramadhan.
Mengganti di luar Ramadhan itu tentunya tidak akan sama "suasananya"
dengan berpuasa di bulan Ramadhan. Tidak hanya puasa, ibadah sunnat lain yang
sepaket dengan Ramadhan juga membutuhkan jasmani yang sehat. Orang yang sakit
di bulan Ramadhan tentu akan kesulitan untuk melaksanakan Shalat Sunnat
Tarawih, Witir dan sunnat yang lainnya.
Persiapan fisik juga dimaksudkan untuk melakukan latihan ibadah
puasa melalui puasa sunat. Ibadah puasa adalah ibadah fisik. Dalam Islam ada
ketentuan fisik disebut dalam konteks ibadah seperti ibaah haji dan shalat.
Dalam pelaksanaan Shalat misalnya, dibolehkan duduk bagi mereka yang tidak
sanggup secara fisik untuk berdiri. Bagi mereka yang sanggup berdiri, maka
tidak boleh salat duduk. Begitu seterusnya sampai tata cara shalat berbaring
dan isyarat.
Keempat, Persiapan Harta. Persiapan harta tidak dimaksudkan agar pada bulan
Ramadhan kita bisa membeli apa saja untuk "melampiaskan hasrat puasa"
pada saat berbuka. Juga tidak dimaksudkan agar kita senantiasa melanggengkan
"tradisi konsumtif" selama Ramadhan.
Persaipan harta di sini dimaksudkan untuk menopang kita agar
maksimal beribadah di bulan Ramadhan dengan berbagi melalui sedekah, infak,
hibah, dan hadiah. Satu di antara "tradisi" yang diajarkan Nabi
Muhammad Saw. adalah berbagi menu buka puasa kepada orang yang berpuasa.
Tradisi atau Sunnah ini dinilai pahalanya sama seperti pahala puasa mereka yang
berpuasa tersebut tanpa dikurangi nilai pahala puasa mereka. Subhanallah.
Kelima, Persiapan Target Tertentu. Target yang
kita maksud adalah target pencapaian yang kita rencanakan. Untuk urusan
duniawi, seperti pekerjaan, kita punya terget tertentu. Hendaknya untuk urusan akhirat
dan ibadah, kita juga harus mempersiapakan target dan capaian. Target utama puasa
Ramadhan kita tentunya adalah target takwa.
Persiapan yang kita lakukan sebelum datang Ramadhan adalah melatih
diri kita dengan terget-target tertentu. Misalnya latihan ngaji dengan terget
satu halaman satu hari, terus tingkatkan targetnya di hari berikutnya dua
halaman satu hari. Terget shalat sunnat bisa juga dibuat. Manfaat membiasakan
terget ini adalah agar pada saat Ramadhan kita tidak kewalahan dengan padatnya
rutinitas ibadah Ramadhan.
Demikianlah bentuk persiapan kita dalam memasuki Ramadhan agar
maksimal kualitas dan kuantitas ibadah Ramadhan kita. Semoga bermanfaat.
Post a Comment