Kejuaraan balap sepeda motor MotoGP seri 12 di Silverstone Inggris baru
saja memunculkan juara baru yaitu Maverick Vinales dari tim Ecstar Suzuki. Keberhasilan bintang baru ini menjadi
juara di seri 12 ini sempat menjadi trending topic di media. Hal menarik lain
yang juga disoroti dari kejuaran MotoGP tahun 2016 ini adalah munculnya 7
juara berbeda selama 12 kali gelaran seri MotoGP tahun 2016. Tulisan ini tidak
akan kembali mengulang dan mengulas dua hal di atas.
Indonesia di Moto GP?
Ada apa dengan Indonesia? Tidak seorangpun pembalap di MotoGP maupun kelas lain seperti Moto3 dan Moto2 yang berasal dari Indonesia. Lalu,
kenapa judul tulisan ini menyoroti Indonesia? Ya. Setidaknya begitu pertanyaan
yang muncul.
Dengan jadi juaranya Vinales, saya baru ngeh bahwa ternyata ada tulisan berbahasa Indonesia di motor Suzuki-nya Vinales. Tulisan “Nyalakan Nyali’ tertulis ternyata tidak hanya di tunggangannya, tapi juga ada di wearpack pembalapnya.
Hal yang sama juga ada pada tim Moviestar Yamaha tertulis jelas bahasa Indonesia pada motor dan Wearpack pembalap mereka yaitu “Semakin di Depan”. Sebelumnya juga ada bahasa Indonesia terpampang pada motor dan baju pembalap Honda yaitu “Honda Satu Hati”
Terlepas dari rasa bangga saya dengan adanya tulisan berbahasa Indonesia di ajang sekelas MotoGP, muncul pertanyaan saya mengapa ada tulisan tersebut pada wearpack dan motor tim balap MotoGP? Padahal, tidak satupun pembalap itu yang berasal dari Indonesia. Begitu juga motor yang mereka tunggangi adalah motor merek Jepang. Maka saya coba bertanya-tanya sendiri hingga akhirnya saya berfikiran mungkinkah karena kita negara dunia berkembang?
Indonesia Target Pasar Dunia Untuk Penjualan Sepeda Motor?
Mungkinkah dapat dikatakan bahwa Indonesia menjadi terget
pasar dunia untuk penjualan sepeda motor? Mari lihat ke belakang beberapa tahun sebelumnya di saat peredaran sepeda motor belum pesat di Indonesia. Saya masing ingat di zaman saya kuliah, tidak banyak
mahasiswa yang pakai sepeda motor pergi ke kampus. Dulu masih banyak masyarakat
yang menggunakan transportasi umum seperti bis dan angkot. Sekarang, angkot dan
bis sepi penumpang karena penumpangnya sudah memakai sepeda motor. Mungkin juga banyak fakta lain yang bisa dikemukakan tentang menjamurnya sepeda motor di Indonesia.
Apa Sebabnya?
Saya tidak dapat pastikan apa faktor penyebab ini semua? Kita
mungkin hanya bisa menduga dengan salah bahwa banyak faktor yang menyebabkan
ini? Apakah karena mudahnya proses kredit? Apakah karena tidak maksimalnya regulasi yang mengatur pembatasan kendaraan dari pemerintah? Baik regulasi pembatasan penjualan oleh produsen dan penjual, ataupun regulasi pembatasan
pembelian oleh konsumen? Apakah karena tidak adanya transportasi massal yang digemari oleh banyak masyarakat sehingga lebih memlih menggunakan kendaraan sendiri? Apakah karena ekonomi mayoritas masyarakat Indonesia hanya bisa
membeli sepeda motor? Apakah karena masyarakat kita punya budaya membeli yang
tinggi? Apakah karena angka penjualan itu bisa dijadikan faktor penilai tingginya daya jual dan daya beli masyarakat sehingga dikatakan masyarakat Indonesia bebas dari kemiskinan? Apakah karena penonton MotoGP terbanyak adalah dari Indonesia?
Masih banyak pertanyaan kita yang entah siapa yang bisa
menjawabnya. Semoga suatu saat bukan hanya tulisan berbahasa Indonesia yang ada
di MotoGP, tapi juga pembalapnya. Bukan mau membandingkan dengan pembalap moto
2 Hafiz Syahrin dari negara tetangga Malaysia. Juga bukan hendak mengungkit
kembali kisah manis Rio Hariyanto yang pernah membalap di Formula 1, lalu tidak
bisa lanjut. Ini harapan semoga Indonesia tidak hanya jadi bangsa penonton,
atau bangsa yang jadi target pasar saja.
Post a Comment