Materi ini pertama kali disampaikan untuk taping di RRI Takengon pada hari Senin, 05 Juni 2017
Beberapa hari lagi kita akan meninggalkan bulan Ramadhan.
Sebelum kita berpisah dengan Ramadhan, ada kewajiban bagi kita shaimindan
shaimat untuk membayar zakat fitrah. Zakat yang dibayarkan oleh setiap muslim
baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun masih kanak-kanak atau bayi,
merdeka atau budak sekalipun, sebanyak 1 sha’ makanan pokok.
Dalam hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Umar bin
Khattab RA, Rasulullah Saw. bersabda
فَرَضَ رَسُولُ اللهِ – صَلّى اللهُ عَلَيه
وَسَلّم صَدَقَةَ الْفِطْرِ عَلَى الذَّكَرِ وَالأُنْثَى ، وَالْحُرِّ
وَالْمَمْلُوكِ ، صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ
Rasulullah Saw. mewajibkan zakat fitri,
untuk lelaki dan wanita, orang merdeka maupun budak, berupa satu sha’ kurma
atau satu sha’ gandum.” (HR. al-Bukhari No.1511 dan Muslim No.2327)
Berapa ukuran satu sha’ itu?
1 sha’ sama dengan 4 mud. Satu mud seukuran 2 genggaman
kedua tangan. Jadi, 1 sha’ sebanyak 4 genggaman kedua tangan. Menurut ulama
setelah dikonversi kepada beras sebagai makan pokok kita, 1 sha’ sebanyak 3 kg
beras.
Bolehkah membayar zakat dengan uang?
Dalam hal ini ada dua pendapat ulama. Pertama,
mengharuskan pembayarannya dengan makanan pokok. Pendapat kedua membolehkannya
dengan uang senilai harga makanan pokok tersebut.
Apa hikmah syari’at zakat fitrah?
Menurut a-Sayyid Sabiq, perintah zakat fitrah
disyari’atkan pada tahun kedua hijriah. Tujuannya sebagai pensuci pribadi yang
berpuasa dan sekaligus dalam rangka menolong orang miskin agar mereka tidak
berkekurangan makanan pada hari raya. Al-Sayyid Sabiq beralasan dengan hadis
yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Majjah dan al-Darqutniy dari Ibnu Abbas
RA, Rasulullah bersabda
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ " فَرَضَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً
لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ والرفث وَ طُعْمَةً
لِلْمَسَاكِينِ فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ ،
وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ , فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ "
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Bahwa Rasulullah bersabda,
Rasulullah Saw. mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa
dari lagha dan rafats dan untuk menyediakan makanan bagi orang miskin. Siapa yang
menyerahkan zakatnya sebelum salat id, maka zakatnya diterima. Siapa yang
menyerahkannya sesudah shalat id, maka itu seperti sedekah biasa.
Dari hadis di atas diketahui bahwa Rasulullah Saw.
mewajibkan zakat fitrah untuk dua tujuan. Pertama, mensucikan pribadi yang
berpuasa dari perkataan lagha dan rafats. Kedua, untuk
didistribusikan kepada orang miskin sebagai makanan bagi mereka sehingga mereka
tidak berkesusahan di hari raya.
Fungsi pertama, mensucikan orang yang berpuasa dari lagha
dan rafats. Apa yang dimaksud dengan lagha? Lagha adalah ma la
faidata fihi minal qauli wal fi’li. Perkataan atau perbuatan yang tidak
bermanfaat.
Dalam surah al-Mu’minun disebutkan di antara ciri orang
mukmin yang beruntung itu adalah orang yang berpaling dari perbuatan lagha.
Selanjutnya, apa itu rafats? Kata al-Raghib al-Asfahaniy,
rafats adalah Kalamun mutadhamminun lima yustaqbahu dzikruhu min dzikril
jima’i wa dawaihi. Bahasa kitanya, bicara jorok atau berbau porno.
Inilah fungsi zakat fitrah yang pertama, yaitu mensucikan
orang yang berpuasa dari perkataan yang tidak baik dan tidak pantas terucap
sehingga merusak puasa seorang hamba.
Fungsi kedua, zakat fitrah punya fungsi sosial yaitu
menyuruh kita untuk memberi makanan pokok kepada orang miskin seperti yang kita
makan sehari-hari (طُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ)
Dari hadis ini dipahami bahwa zakat fitrah peruntukkannya
bagi orang miskin. Bagaimana dengan asnaf yang delapan yang berhak menerima
zakat sebagaimana terdapat dalam surah al-Taubah ayat 60?
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ
لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ
قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاِبْنِ
السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Dalam hal ini terdapat dua perbedaan pendapat di kalangan
ulama. Pertama, mayoritas ulama mengatakan zakat fitrah boleh dibagikan kepada
8 asnaf yang berhak menerima zakat sebgaimana dalam surah al-Taubah di atas.
Pendapat kedua, di antaranya menurut Ubnu Taimiyyah dan
Ibnu Qayyim bahwa zakat fitrah hanya boleh diberikan kepada fakir dan miskin. 6
asnaf lain tidak boleh menerima zakat fitrah. Demikian juga pendapat
al-Syaukani.
Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah
Saw. memerintahkan untuk mencukupi kebutuhan orang miskin di hari raya agar mereka
tidak meminta-minta.
روي
أنه صلى الله عليه وسلم قال} : أغنوهم عن الطلب في هذا اليوم{ وأعاده في موضع آخر ، والدارقطني
،
والبيهقي
من
رواية أبي معشر ، عن نافع
،
عن ابن
عمر قال : }فرض رسول الله صلى الله عليه وسلم زكاة الفطر ، وقال : أغنوهم في هذا اليوم { وفي رواية البيهقي
}: أغنوهم عن طواف هذا اليوم . {
Berpulang kepada kita. Bagaimana tindakan yang kita
ambil? Dengan apa zakat fitrah kita tuniakan, dan kepada siapa zakat itu
diberikan?
Wallahu A’lam
Wallahu A’lam
Semoga kita termasuk orang yang diterima semua ibadahnya.
amin
Post a Comment