"Iya
buk. Nanti sampai di sana saya telfon lagi ibuk", timpal saya mengakhiri
telfon.
Setelah
sampai dekat tukang gigi yang dimaksud, saya melihat banyak sepeda motor
parkir. Di sebelah tempat itu ada lorong. Saya berhenti di sana dan menelfon
ibuk tuan rumah arisan tadi. Sayangnya hp beliau sibuk.
Sekitar
10 meter ke dalam dari lorong itu saya melihat ada banyak sendal berserakan di
depan pintu sebuah rumah. Dalam pikiran saya mungkin inilah tempat arisannya.
Sebelum saya sampai di pintu rumah tersebut, tiba-tiba keluarlah seorang ibuk
paruh baya. Saya bertanya kepada beliau. "Di sini tempat arisannya
Buk?"
Beliau menjawab. "Iya. Silakan masuk Pak"
Sayapun masuk."Assalamu 'alaikum"
"Wa 'alaikum salam" Jawab ibuk-ibuk yang ada di dalam
rumah.
Saya masih tetap berdiri di depan pintu dan tidak dipersilakan
masuk oleh orang banyak yang ada di dalam rumah. Yang ada malah mereka menatap
saya dengan tatapan kebingungan. Salah seorang dari mereka memanggil tuan rumah. Lalu keluarlah
tuan rumah seraya bertanya. "Iya Pak. Ada apa Pak?"
Dengan suara yang penuh keraguan saya bertanya. "Di sini
tempat arisan buk"?
"Iya Pak. Tapi ini arisan keluarga. Bapak cari siapa?"
"Saya diminta datang ke arisan. Tadi saya ditelfon ibu
Fulanah. Katanya tempat arisannya di dekat tukang gigi."
"Maaf Pak. Mungkin di bawah sana. Di sana kadang juga ada
arisan."
"Maaf kalau begitu buk. Saya salah tempat berarti. Saya
permisi buk."
"Nggak apa-apa Pak. Duduklah dulu Pak. Makan kita
dulu."
"Terima kasih Buk. Ndak usah. Sekali lagi maaf Buk.
Assalamu alaikum"
Akhirnya saya pergi dengan rasa malu sambil mendengar bisikan
dan suara tawa orang di dalam rumah.
Post a Comment