Bagaimana Kita
Memaknai Iman?
Iman dalam bahasa
arab berasal dari akar kata amana. Terdiri atas tiga huruf alif/ hamzah,
mim dan nun. Ada dua makna dasar kata ini yaitu pembenaran dan ketenangan hati.
Orang beriman secara bahasa berarti orang yang membenarkan. Orang yang beriman
secara bahasa berarti orang yang hatinya tenang dan tenteram karena keimanannya.
Ulama
mendefinisikan iman berbeda-beda. Ada minimal tiga komponen yang terdapat dalam
iman berdasarkan definisi yang umum dan populer dipakai. Komponen pertama, Atashdiqu
bil Qolbi, pembenaran dalam hati. Sejalan dengan makna dasarnya di atas
bahwa iman adalah pembenaran tentang yang diimani itu dalam hati. Komponen
Kedua, al-Iqraru billisani, pernyataan keimanan dengan ucapan. Ketiga, al-Amalu
bil Arkan atau biljawarih, pernyataan dan pembenaran iman itu diwujudkan
berupa perbuatan, perlakuan yang biasa disebut amal kebajikan.
Puasa yang kita
lakukan adalah perwujudan dari pembenaran terhadap perintah syara’. Salat yang
kita lakukan juga adalah bukti kita membenarkan adanya Allah yang menurunkan
syariat salat. Mencatat hutang-piutang dalam urusan muamalah—sebagai ibadah
yang jarang kita lakukan dan mungkin dalam hal ini hanya “diamalkan” oleh
perbankan, koperasi, atau bahkan pihak rentenir—juga merupakan perwujudan
keimanan.
Pendek kata,
mengamalkan Islam secara totalitas, sempurna, kaffah, tanpaknya hanya
bisa dilakukan dengan iman. Ibadah itu hanya bisa dilakukan oleh orang beriman.
Ya Ayyuhallazina Amanu Udkhulu fissilmi kaffah. Hai orang yang beriman,
masuklah ke dalam Islam secara sempurna. Bahkan dalam ayat lain yang diperintah
bertakwa itu orang yang beriman. Karena takwa itu ndak bisa dilakukan kecuali
oleh orang beriman. Ya Ayyhullazina amanu ittaqu rabbakum. Inna zalzalatis’sa’ati
syai’un Azhimun. Ya Ayyhullazina amanu ittaqullaha wal tanzhur nafsun maa
qaddamat li ghad.
Apa Hubungan Iman
dengan Amanah dan Rasa Aman
Kembali kepada
makna dasar iman yang kita sebutkan sebelumnya. Kata ini berasal dari akar kata
amana. Kata lain yang juga berasal dari kata ini di antaranya adalah amanah dan
aman.
Dalam sebuah
hadis Riwayat Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnadnya dari Anas bin Malik,
Rasulullah bersabda لاَ إِيمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَةَ لَهُ، وَلاَ دِينَ
لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَه, tidak ada iman bagi orang yang
tidak amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memenuhi janjinya. Sanad
hadis ini ada yang menilainya shahih dan ada yang menilai dhoif karena terdapat
Abu Hilal Al-Rasibiy yang dinilai dha’if dan Qatadah bin Di’amah yagn dinilai
sebagai mudallis. Ada bayak syahid dan tabi’ bagi hadis ini, umunya menyebut لاَ إِيمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَةَ لَهُ tanpa وَلاَ دِينَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَه.
Poin yang
ingin kita sampaikan bahwa ada keterkaitan iman dengan aspek sosial seorang
yang menyatakan dirinya mukmin. Dalam konteks amanah, orang beriman adalah
orang yang amanah. Muhammad sebelum menjadi Nabi dan Rasul digelari dengan
al-Amin, seorang yang amanah, jujur dan dapat dipercaya. Benang merah makna iman
di atas adalah adanya pembenaran terhadap apa yang diimani itu sehingga
memunculkan rasa tenang, nyaman bagi orang yang memberi amanah.
Kita yang
diberi amanah adalah orang yang beriman. Ketika kita menjalankan amanah—amanah
kepemimpinan, jabatan, kepercayaan sebagai pengurus sesuatu dan lain-lain apa pun
bentuknya amanah itu—kita jalankan dengan baik, maka muncul rasa nyaman dan
tenang serta adanya kepercayaan bagi orang lain yang memberikan amanah itu
kepada kita.
Dalam konteks
puasa, mukmin yang berpuasa seyogyanya adalah orang yang terpercaya dan membuktikan
kepada orang lain bahwa dia layak diberi kepercayaan
Selanjutnya
kaitan iman, amanah dengan rasa aman yang akhir-akhir ini mulai terusik. Dalam
hadis Muttafaqun Alaihi dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
"واللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، واللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ،"قِيلَ: منْ
يارسولَ اللَّهِ؟ قَالَ:"الَّذي: لاَ يأْمنُ جارُهُ بَوَائِقَهُ،"
Tidak
sempurna keimanan seseorang yang tetangganya tidak aman dari tingkah lakunya. Rasa
aman dalam kehidupan bermasyarakat juga merupakan perwujudan dari keimanan.
Ibadah ritual kepada Allah belumlah merupakan bentuk totalitas keimanan. Betul ibadah
shalat dan puasa yang kita lakukan adalah perwujudan keimanan, tapi itu saja
belum cukup membuktikan kita sepenuhnya beriman jika tetangga kita masih belum
aman dari tingkah polah dan tindak tanduk kita.
Contoh
lain hadis nabi yang megatakan iman kepada Allah dan hari akhir disyaratkan dengan
bertutur kata yang baik, memuliakan tetangga dan tamu.
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر ، فليقل خيرا أو ليصمت ، ومن كان يؤمن
بالله واليوم الآخر ، فليكرم جاره ، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر ، فليكرم
ضيفه
Hadis lain juga menyebutkan
لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما
يحبه لنفسه
Mencintai
orang lain seperti mencintai diri kita sendiri. Hadis ini menyerukan kepada
kita agar kita punya standar yang sama, tidak standar ganda dalam memperlakukan
orang lain. Filosofi cubit tangan sendiri. Jika sakit terasa oleh kita, maka
sakit juga berarti kalau kita cubit orang lain. Jika tidak mau diganggu oleh
orang lain, maka jangan ganggu orang lain. Untuk mewujudkan keamanan dan
ketenteraman mesti didasari dengan iman. Tidak sempurna iman seorang mukmin jika
belum mencintai hal lain sebagaimana dia mencintai dirinya atau apa yang ada
pada dirinya sendiri.
Dalam konteks
rasa aman yang akhir-akhir ini mulai terusik, maka dapat dikatakan bahwa
perbuatan apa pun yang mengancam rasa aman sejatinya tidak dilakukan oleh
seorang yang mengaku dirinya sebagai mukmin.
Allah
menyebut satu di antara namanya dalam surah al-Hasyr sebagai almu’min,
pemberi rasa aman. Jika seorang mukmin yang benar-menar meneladani Allah dalam
sifatnya al-mukmin, maka seyogyanya setiap pribadi mukmin mewujudkan rasa aman
dan nyaman di mana pun ia berada. Karena perwujudan rasa aman bagi dirinya, orang
lain dan lingkungannya adalah bagian dari bukti keimanan seseorang. Belum sempurna
iman seseorang jika belum memberikan rasa aman, nyaman, tenteram dan kedamaian
bagai semua._____
Dibuat untuk disampaikan pertama kali dalam pengajian Ramadan di Mesjid Kota Takengon pada hari Senin 13 Ramadhan 1439 H/ 28 Mei 2018 M
Post a Comment