Pertama, Taqabbalahu minna waminkum, wa ja’alana
minal ‘aidina wal faizin. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan
menjadikan kita orang-orang yang kembali suci dan orang-orang yang beruntung.
Saya juga minta maaf lahir dan bathin atas dosa dan kesalahan kepada Bapak/Ibu
majlis semua.
Kita yang sudah diampuni dosa dan kesalahan
dengan beribadah puasa di siang hari dan ibadah lainnya di malam hari dengan
penuh keimanan dan keikhlasan kepada Allah belum benar-benar suci dari dosa
sebelum saling memaafkan kesalahan sesama kita. Karena dosa yang diampuni Allah
dengan shiyam dan qiyam Ramadhan hanya dosa yang bersangkut-paut
dengan Allah. Sedangkan dosa yang bersangkut paut dengan sesama manusia Allah
ampuni setelah kita selesaikan dosa dan kesalahan itu dengan saling bermaafan.
Dalam hadis riwayat Muslim disampaikan oleh
Nabi bahwa orang yang syahid dalam menegakkan agama Allah diampuni semua dosanya
kecuali dosa hutang. Selengkapnya baca “minta maaf di Idul Fitri”
Kedua, Idul Fitri yang kita artikan sebagai
kembali kepada fitrah seyogyanya adalah “kembali beragama”. Karena fitrah adalah
potensi dasar yang diberikan oleh Allah bagi setiap manusia untuk bertauhid dan
mengenal agama dan selanjutnya dapat menjalankan agama dengan baik, maka
kembali kepada fitrah tentunya kembali melaksanakan ibadah wajib dan sunnah
yang sudah dilaksanakan di bulan Ramadhan. Orang yang telah beridul Fitri
tentunya kembali shalat ke masjid, kembali mengaji, bersedekah dan berderma,
kembali mengikuti pengajian, kembali berpuasa dengan puasa sunnah. Pendek kata,
orang yang telah beridul fitri adalah orang yang kembali menegakkan agama dalam
dirinya. Bukan malah meninggalkan agama. Intinya, Idul Fitri sejatinya
menghendaki kita untuk istiqamah dengan tauhid, istiqamah dengan ajaran agama,
termasuk istiqamah menjalankan agama. Selengkapnya baca "kembali ke fitrah, kembali menjalankan ajaran agama" dan "Kembali fitri, jangan kembali berdosa lagi"
Ketiga, untuk istiqamah dalam beragama paling tidak ada empat prinsip
yaitu Fastabiqul Khairat, Sungguh-sungguh beramal, Seimbang dalam beramal dan
terakhir berketerusan dalam beramal walau amal itu sedikit atau kecil. Jangan kita seperti yang Allah sebut dalam Surah al-Nahl ayat 92 seperti orang yang mencerai-beraikan benang yang sudah dipintalnya dengan baik. Selengkapnya baca “Istiqamah sesudah ramadhan”
Ini saja yang saya sampaikan semoga bermanfaat. Mohon Maaf lahir dan Bathin. Semoga Kita benar-benar dapat kembali menjalankan ajaran agama dengan baik dan totalitas dan istiqomah. aamiin
____
Disampaikan dalam pengajian Muhammadiyah Kota Takengon pada Jumat 15 Syawal 1439 H/ 29 Juni 2018 M
Assalamualaikum
ReplyDeleteAwak ambiak untuak bahan khutbah
وعليكم السلام
DeleteSemoga bermanfaat