Screen shoot Google searching |
Tanpa mengecilkan keadaan di atas, kita juga perlu melihat kondisi lain yang masih perlu perhatian serius kita. Di antara kenyataan yang tidak kita harapkan saat ini masih ada umat Islam yang tidak mampu membaca Alquran.
Di level generasi muda misalnya, di beberapa perguruan tinggi masih ada mahasiswa yang tidak bisa membaca Alquran. Termasuk sebagian mahasiswa perguruan tinggi agama.
Di level bapak-bapak juga demikian. Baru-baru ini diberitakan oleh surat kabar cetak (Serambi 21 Juli 2018) bahwa di Aceh ternyata ada 39 bakal caleg DPR Aceh gugur karena tidak lulus tes baca Alquran. Di Lhokseumawe 23 bacaleg gugur dalam uji baca Alquran. Dari 23 itu ada yang membawa salinan Alquran berbahasa latin. Bahkan, ada juga yang nekat menulis langsung bahasa latin di Alquran itu. Dari sumber lain, di Aceh Tengah ada 20 bacaleg gugur karena tidak lulus ujian baca Alquran.
Koran "Serambi" 21 Juli 2018
|
provinsi ini lima tahun yang lalu. Tahun 2013 lalu sebanyak 42 orang gagal jadi caleg karena tidak lulus uji mampu membaca Alquran.
Pentingnya Belajar Alquran Sejak Kecil
Beberapa kasus tidak bisa membaca Alquran mungkin juga terjadi di tempat lain dengan kasus yang berbeda. Ada yang ditunda sidang skripsinya karena belum lancar membaca Alquran. Bahkan ada yang ditunda pernikahannya karena tidak bisa membaca Alquran.
Terkait kasus di atas satu-satunya solusi adalah belajar membaca Alquran. Namun agar kejadian itu tidak terus berlanjut, tentunya perlu dilakukan upaya preventif dengan mengajarkan Alquran sejak dini kepada anak-anak kita. Bukankah mengukir di atas batu lebih bertahan hasilnya dari pada mengukir di atas air. Bapak/ Ibu Ustaz dan Ustazah yang mengajarkan Alquran kepada anak-anak didik kita sudah berada pada track itu.
Utamakan Ketepatan Tajwid
Ada kasus bapak-bapak paruh baya yang menjadi imam salat tapi tidak tepat bacaannya. Umumnya kena di makharijul huruf. Ada juga yang tidak tepat panjang pendeknya. Terkait kasus bapak-bapak yang sudah bisa baca Alquran namun keliru tajwidnya, kita berasumsi bahwa kekeliruan itu adalah dikarenakan keliru saat belajar di waktu kecil. Kita tidak menyalahkan guru mengaji mereka waktu kecil, tapi mungkin karena kebiasaan sebagian kita berhenti belajar mengaji sebelum tuntas pelajaran itu dipelajari.
Contoh lain, di antara pengalaman mahasiswa kami saat diadakan lomba hafalan juz tiga puluh. Ada beberapa peserta lomba yang bagus hafalan dan tajwidnya pada bagian pangkal juz tiga puluh. Tapi kacau tajwidnya mulai dari surah Ad-Dhuha sampai akhir juz tiga puluh. Di antara penyebabnya adalah karena hafalan yang keliru itu tidak ada yang membimbingnya. Sehingga ketika terdapat kesalahan, tidak ada yang memperbaikinya. Sedangkan hafalan yang dihafal setelah ada yang membimbing jauh lebih baik tajwidnya. Inilah di antara poin penting mengapa belajar Alquran itu perlu dibimbing oleh seorang guru.
Pengalaman kami yang lain di antara kendala lambatnya progres menghafal Alquran bagi mahasiswa adalah karena kita harus memperbaiki tajwidnya dulu. Setelah tajwidnya benar, baru dilanjutkan dengan menghafal Alquran. Jika tidak diperbaiki tajwidnya, maka akan menghafal Alquran dengan keliru.
Tetap Semangat Bagaimanapun Situasinya
Kepada Bapak dan Ibu Guru, Ustaz dan Ustazah yang mengajarkan Alquran kepada anak-anak didik kami sampaikan pesan agar tetap semangat. Tantangan ke depan kita semakin berat. Zamannya juga sudah berubah. Jika dulu pergi belajar mengaji ke rumah guru, ke surau atau meunasah hanya berbekal obor setelah itu pulang dengan muka sudah hitam kena asap. Dengan kondisi seperti itu tidak mengurangi semangat kita belajar mengaji saat itu. Anak-anak kita hari ini tidak menemukan hal itu. Zaman kita belum banyak hal-hal yang akan mempengaruhi masa kanak-kanak untuk belajar. Saat ini banyak hal yang dapat menyeret peserta didik kita ke arah yang tidak baik. Semoga dengan dekatnya anak-anak didik kita dengan Alquran sejak kecil, mampu menjadi bekal bagi mereka dalam menghadapi tantangan global.
Sebagai penutup kembali kita renungkan motivasi yang disampaikan Baginda Rasulullah Saw terkait keutamaan belajar dan mengajarkan Alquran
، عن عثمان بن عفان ، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال :خيركم من تعلم القرآن وعلمه
Rasulullah menyebutkan orang yang belajar dan mengajarkan Alquran sebagai orang yang paling baik. Di antara banyak guru bidang studi, tentunya Bapak Ibu Ustaz dan Ustazah adalah guru yang terbaik karena mengajarkan Alquran. Semoga tekad dan semangat kita dalam rangka mengajari anak-anak didik kita bisa berinteraksi dengan Alquran dapat terus kita tingkatkan. Interaksi dengan Alquran dimulai dengan membacanya. Setelah itu dilanjutkan dengan belajar memahami ajarannya. Selanjutnya ajaran Alquran itu dapat kita amalkan. Tentunya itu mesti didasari juga dengan niat ikhlas kita karena Allah. Semoga semakin hari semakin meningkat interaksi kita dengan Alquran. Semoga semakin hari semakin tegak syiar agama Islam.
Disampaikan pertama kali dalam kegiatan Upgrade Guru Tahsin Tahfiz SD dan SMP IT Cendekia Takengon pada hari Sabtu 28 Juli 2018
Post a Comment