Sampailah perintah itu kepada seluruh rakyat, baik di lingkungan kerajaan maupun di pelosok-pelosok kampung.
Ada seorang rakyat yang tidak mau membawa madu. Pada saat hari pengumpulan madu, ia akan membawa air saja. "Kan cuma saya yang tidak membawa madu. Lagian, saat dicampur dalam baskom nantinya, apa artinya satu sendok air dibanding satu baskom madu. Ketika dicicipi nanti, rasa air akan kalah oleh rasa madu satu baskom". Itu ide yang terlintas dalam pikirannya.
Tibalah hari yang ditentukan. Setiap orang datang ke kerajaan untuk mengumpulkan madu yang dibawanya. Pengumpulan dilakukan di tempat tertutup dan tidak disaksikan banyak orang.
Setelah selesai semua orang menuangkan isi sendoknya ke dalam baskom besar itu, maka diambillah baskom tersebut lalu dibawa menghadap raja. Betapa terkejutnya raja ketika dicicipi madu itu terasa seperti air. Setelah dilihat di dalam baskom ternyata isinya air semua. Tidak ada madu di dalam baskom tersebut. Ternyata semua orang membawa air. Tidak ada satupun yang membawa madu. Ternyata pikiran "kan cuma saya yang membawa air" tersebut adalah pikiran yang juga dipikirkan oleh semua rakyat.
***
Kisah di atas disadur dari buku Lentera Hati karya Prof. M. Quraish Shihab. Kisah ini berbicara tentang ketidakdisiplinan dan ketidakpatuhan sebuah masyarakat. Perintah yang berasal dari kerajaan tidak dipatuhi sepenuhnya. Karena takut akan perintah, mereka tetap melaksanakan perintah. Tapi karena perintah tersebut punya celah untuk diakali, maka ada yang mengakalinya. Celakanya, yang mengakali perintah tersebut tidak satu orang. Semua orang mengakali perintah tersebut.
Mari kita ambil ibrah dari kisah di atas. Mari kita laksanakan perintah dengan benar. Jangan kita akal-akali perintah yang diberikan kepada kita. Jangan ada pikiran dalam diri kita "kan cuma saya yang tidak melaksanakan perintah ini".
Begitu juga jika ada larangan melakukan sesuatu. Mari kita indahkan larangan tersebut dengan tidak melakukan apa yang dilarang. Jangan ada pikiran dalam diri kita "kan cuma saya yang melanggar".
Betapa bahayanya pikiran "kan cuma saya" tersebut. Mari kita disiplin dengan perintah dan larangan. Semoga kita menjadi lebih disiplin dan tidak menjadi bagian dari perusak perintah dan larangan dengan pikiran "kan cuma saya".
Semoga bermanfaat. Aamiin.
Wallahu a'lam.
Post a Comment