وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Ada dua hal yang menarik dari susunan ayat ini yang belum sempat dibahas pada postingan sebelumnya. Pertama,
Penyebutan as-sama' (pendengaran) dalam bentuk tunggal. Sedangkan al-abshar (penglihatan) dan al-af'idah (hati) dalam bentuk jamak.
Menurut Prof. M. Quraish Shihab, apa yang dapat didengar selalu sama. Siapapun yang mendengar atau dari manapun datangnya suara tersebut selalu mendengarkan hal yang sama. Ketika seorang mendengar suatu objek--katakanlah suara ayam berkokok di dalam rumah--maka suara yang sama juga terdengar oleh orang yang berada di luar rumah. Tidak mungkin orang di luar rumah mendengar suara kokok ayam itu seperti suara kucing.
Berbeda halnya dengan hasil penglihatan. Sebuah objek yang dilihat bisa saja akan tampak berbeda oleh orang yang berbeda. Posisi tempat berpijak dan arah pandang akan menghasilkan perbedaan penglihatan. Sebagai contoh melihat gunung dari arah yang berbeda. Akan menghasilkan gambaran gunung yang berbeda pula. Penentuan awal Ramadhan dengan melihat bulan misalnya. Ada yang melihatnya dan ada juga yang tidak dapat melihatnya karena ada yang menutupinya. Ada juga yang tidak dapat melihatnya karena hanya mengandalkan penglihatan mata saja.
Demikian juga halnya dengan hasil kerja al-af'idah yang dapat diartikan dengan aneka hati. Kata af'idah juga dipahami oleh ulama dengan arti akal, yaitu gabungan daya fikir dan daya kalbu.
Kembali kepada penyebutan istilah afi'dah yang disebut dalam bentuk jamak pada ayat ini. Hasil pemikiran manusia berbeda-beda. Ada orang yang pemikirannya sangat brilian. Ada juga orang yang keliru dalam berfikir. Sambil berseloroh, muncul petuah orang "Kepala sama hitam, tapi shamponya berbeda-beda".
Hati manusia juga berbeda dan berubah-ubah. Terkadang senang, terkadang susah. Adakalanya benci, namun terkadang rindu. Tingkatannya berbeda. Walau yang dibenci dan dirindui sama.
Hal kedua yang juga menarik dari susunan ayat ini adalah bahwa Allah mendahulukan penyebutan pendengaran. Setelah itu baru penglihatan dan terakhir hati dan pikiran.
Menurut ilmu kedokteran modern, bahwa indra pendengaran lebih dahulu berfungsi dari pada indra penglihatan. Pendengaran pada bayi sudah berfungsi pada pekan pertama usianya. Sedangkan penglihatan baru mulai berfungsi pada bulan ketiga dan sempurna pada bulan keenam. Sedangkan kemampuan akal dan mata hati yang dapat membedakan yang baik dan yang buruk, baru berfungsi setelah kedua indra pendengaran dan penglihatan berfungsi.
Demikianlah di antara keindahan susunan ayat Al-Qur'an yang memberi informasi ilmu pengetahuan kepada kita. Semoga semakin menambah keimanan kita kepada Allah dan keimanan terhadap kitab suci ini. Aamiin.
Wallahu A'lam.
Post a Comment